Senin,17 Oktober 2005 13:02
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial.� Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan, agroklimat dan sumber daya manusia yang memadai.� Kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang cukup, ketersediaan lahan yang masih luas, serta telah berkembangnya teknologi optimalisasi produksi dapat mendukung kelayakan pengembangan usaha agribisnis.
Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia.� Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar adalah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas).�� Selama ini ini tanaman jarak pagar hanya ditanam sebagai pagar dan tidak diusahakan secara khusus.� Secara agronomis, tanaman jarak pagar ini dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat di Indonesia bahkan tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering (curah hujan < 500 mm per tahun) maupun pada lahan dengan kesuburan rendah (lahan marjinal dan lahan kritis). Walaupun tanaman jarak tergolong tanaman yang bandel dan mudah tumbuh, tetapi ada permasalahan yang dihadapi dalam agribisnis� saat ini yaitu belum adanya varietas atau klon unggul, jumlah ketersediaan benih terbatas, teknik budidaya yang belum memadai dan sistem pemasaran serta harga yang belum ada standar.
Luas lahan kritis di Indonesia� lebih dari� 20 juta ha, sebagian besar berada di luar kawasan hutan, dengan pemanfaatan yang belum optimal atau bahkan cenderung ditelantarkan.� Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh, dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada lahan kritis dapat memberikan harapan baru pengembangan agribisnis.� Keuntungan yang diperoleh pada budidaya tanaman jarak di lahan kritis antara lain (1) menunjang usaha konservasi lahan, (2) memberikan kesempatan kerja sehingga berimplikasi meingkatkan penghasilan kepada petani dan (3) memberikan solusi pengadaan minyak bakar (biofuel).��
JENIS DAN MORFOLOGI JARAK
Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar (Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica ), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L.) dan jarak pagar� (Jatropha curcas). Diantara jenis tanaman jarak tersebut yang memiliki potensi sebagai penghasil minyak bakar (biofuel) adalah jarak pagar (Jatropha curcas)..
Jarak pagar telah lama dikenal masyarakat di berbagai daerah Indonesia, yaitu sejak diperkenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942-an, yang mana masyarakat diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar pekarangan.� Beberapa nama daerah (nama lokal) yang diberikan lepada tanaman jarak pagar ini antara lain Sunda (jarak kosta, jarak budeg), Jawa (jarak gundul, jarak pager), Madura (kalekhe paghar), Bali (jarak pager), Nusatenggara (lulu mau, paku kase, jarak pageh), Alor (kuman nema), Sulawesi (jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene),� Maluku (ai huwa kamala, balacai, kadoto)..
Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubikayu.� Pohonnya berupa perdu dengan tinggi tanaman 1 � 7 m, bercabang tidak teratur.� Batangnya berkayu, silindris bila terluka mengeluarkan getah.� Daunya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5 � 7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas).� Panjang tangkai daun antara 4 � 15 cm.� Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu.� Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul diujung batang atau ketiak daun.� Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2 � 4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak.� Buah jarak terbagi 3 ruang yang masing � masing ruang diisi 3 biji.� Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman.� Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30 � 40 %
BUDIDAYA TANAMAN
Selama ini budidaya tanaman jarak belum dilakukan masyarakat untuk tujuan agribisnis.� Umumnya tanaman ini ditanam sebagai pagar pekarangan sehingga namanya dikenal sebagai jarak pagar.� Dalam pengembangan budidaya� tanaman jarak pagar pada lahan kritis perlu diperhatikan persyaratan lingkungan tumbuh dan aspek keagronomian (budidaya) sebagai berikut :
Persyaratan Lingkungan Tumbuh
Tanaman jarak sebagai tanaman yang cukup bandel, dalam arti mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya,� menghendaki lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhannya, yaitu Latitut�� 50o LU � 40o LS,� Altitut�� 0 � 2000 m dpl,� suhu� berkisar antara� 18o � 30o C.� Pada daerah dengan suhu rendah (< 18o C) menghambat pertumbuhan, sedangkan pada suhu tinggi (> 35o C) menyebabkan ��� gugur� daun dan bunga, buah kering ��� sehingga produksi menurun. Curah hujan antara 300 mm � 1200 mm per tahun.��� Dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0 � 6.5
Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan (land clearing), pengajiran dan pembuatan lubang tanam.� Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari semak belukar terutama disekitar calaon tempat tanam.� Pengajiran dilakukan dengan menancapkan ajir (dari bambu atau batang kayu) dengan jarak tanam disesuaikan dengan rencana populasi tanaman yang diharapkan.� Penanaman dengan jarak tanam 2.0 m x 3.0 m (populasi 1600 pohon/ha), 2.0 m x 2.0 m (populasi 2500 pohon/ha) atau 1.5 m x 2.0 m (populasi 3300 pohon/ha).� Pada areal yang miring sebaiknya digunakan sistem kontur dengan jarak dalam barisan 1.5 m.� Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.
Pembibitan
Bahan tanam dapat berasal dari setek cabang atau batang, maupun benih.� Bahkan penyediaan bibit dengan teknik kultur jaringan dimungkinkan. Jika menggunakan setek dipilih cabang atau batang yang telah cukup berkayu.� Sedangkan untuk benih dipilih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam.� Saat ini di Indonesia belum ada varietas maupun klon unggul jarak pagar, sehingga sumber benih masih mengandalkan pengumpulkan dari petani.� Peluang untuk penelitian ke arah ini masih sangat luas sehingga menjadi tantangan bagi perguruan tinggi maupun lembaga atau balai penelitian.�
Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan.� Setiap polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dicampur pupuk kandang lebih baik. Setiap polibag ditanami 1 (satu)� benih.� Tempat pembibitan diberi naungan / atap dengan bahan dapat berupa daun kelapa, jerami atau paranet.� Lama di pembibitan 2 � 3 bulan.� Kegiatan yang dilakukan selama pembibitan antara lain penyiraman (setiap hari 2 kali pagi dan sore), penyiangan, dan seleksi.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia.� Bibit yang ditanam dipilih yang sehat dan cukup kuat serta tinggi bibit sekitar 50 cm atau lebih. Saat penanaman tanah disekitar batang tanaman dipadatkan dan permukaannya dibuat agak cembung.
Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan)� dengan menggunakan stek cabang atau batang.
Dalam pembudidayaan tanaman jarak disarankan menerapkan sistem tumpangsari dengan tanaman lain seperti jagung, wijen atau padi ladang sehingga selain mengurangi resiko serangan hama penyakit juga diversifikasi hasil.� Jika pola penanaman dengan tumpangsari maka jarak tanam digunakan jarak agak lebar misalnya 2.0 m x 3.0 m
Pengendalian Gulma
Gulma disekitar tanaman dikendalikan baik secara manual / mekanis maupun secara kimia.� Pelaksanaan pengendalian gulma dapat bersamaan dengan kegiatan pembumbunan barisan tanaman.
Pemupukan
Pada prinsipnya pemberian pupuk bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman.� Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah setempat.� Belum ada dosis rekomendasi khusus untuk tanaman jarak pagar ini.� Jika asumsikan sama dengan jarak kepyar maka dosis pupuk untuk tanaman ini� per Ha : 80 kg N, 18 kg P2O5 ,32 kg K2O,�� 12 kg CaO� dan 10 kg MgO.� Pupuk N diberikan pada saat tanam dan umur� 28� hari setelah tanam (HST), sedangkan pupuk P, K, Ca dan Mg diberikan saat tanam��� Pemberian pupuk organik disarankan untuk memperbaiki struktur tanah.
Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif.� Pemangkasan batang dapat mulai dilakukan pada ketinggian sekitar 20 cm dari permukaan tanah untuk meningkatkan jumlah cabang.� Pemangkasan dilakukan pada bagian batang yang telah cukup berkayu (warna coklat keabu-abuan).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman jarak pagar yang ditanam petani di Indonesia umumnya sedikit atau hampir tidak ada serangan hama dan penyakit.� Hal ini diduga disebabkan sisitem penanamannya yang umunya dicampur dengan tanaman lain seperti gamal (Glyrecidia maculata) dan waru.� Jika penanaman dilakukan secara luas apalagi dengan sistem monokultur diduga akan timbul serangan hama dan penyakit.�
Pada sistem pertanaman jarak di Tanzania dan Nicaragua dilaporkan adanya serangan serangga pada inflorecent bunga dan buah serta serangan rayap pada pangkal batang.� Untuk itu pengendalian dapat dilakukan ssecara teknis maupun kimia.
PANEN DAN PRODUKTIVITAS
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) mulai berbunga setelah umur 3 � 4� bulan, sedangkan pembentukan buah mulai pada umur 4 � 5 bulan.� Pemanenan dilakukan jika buah telah masak, dicirikan kulit buah berwarna kuning dan kemudian mulai mengering.� Biasanya buah masak setelah berumur 5 � 6 bulan. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup lebih dari 20 tahun (jika dipelihara dengan baik).�
Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau gunting.� Produktivitas tanaman jarak berkisar antara 3.5 � 4.5 kg biji / pohon / tahun.� Produksi akan stabil setelah tanaman berumur lebih dari 1 tahun.� Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 � 3300 pohon / ha, maka tingkat produktivitas antara 8 � 15 ton biji / ha.� Jika rendemen minyak sebesar� 35 % maka setiap ha lahan dapat diperoleh 2.5 � 5 ton minyak / ha / tahun.��
�Dr. Ir. Hariyadi, MS
---------------------------------------------------------
1)��� Makalah disampaikan pada Focus Grup Diskusi (FGD) Tema Prospektif Sumberdaya lokal Bioenergi pada Deputi Bidang Pengembangan SISTEKNAS, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Puspiptek Serpong,� tanggal� 14 � 15 September 2005.
2)��� Staf Pengajar Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor
Wednesday, January 9, 2008
Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha Curcas) Sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel
Posted by ucupneptune at 5:22 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment