Original message from accounting:
Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?
10 1 = 19
Pertambahan ya? Bukan pengurangan?
Kenapa matematikanya begitu?
Matematika pengurangan darimana?
Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1 = 9?
Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik.
Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang satu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.
Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah, tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar sepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.
Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas buat kita.
Friday, December 21, 2007
Belajar Matematika lagi yuuuuk....
Posted by ucupneptune at 11:25 AM 1 comments
Bantahan atas "Wasiat Palsu Syekh Ahmad"
Belakangan ini saya dan beberapa teman sering menerima message2 forward yang dikirim oleh teman2. Message2 ini berisikan wasiat dr seseorang yg menamakan diri Syekh Ahmad, penjaga makam rasulullah saw. Wasiat tsb berisikan wasiat Syekh Ahmad dan nasihat-nasihat beliau untuk seluruh umat muslim.
Pada bagian akhir wasiat tersebut dikatakan bhw siapa yg menerima dan membaca wasiat tersebut, kmdn tdk menyebarkannya, maka akan ditimpa musibah. Dan "ancaman tersebut jg disertai dgn kisah-kisah yg "seakan-akan nyata krn menggunakan nama tokoh-tokoh tertentu.
Surat Wasiat ini telah mdpt tanggapan dr ulama besar seperti Yusuf Qardhawi dlm bukunya "Fatwa-fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawi (Gema Insani Press). Untuk mengecek kebenaran berita tsbt, beliau telah menanyakan kpd orang-orang di Madinah dan Hijaz. Ternyata tdk ada seorang pun yg pernah mendengar tentang Syekh Ahmad.
Menurut Allahyarham Sayyed Mohamed Raisuddin Al-Hashimi Al-Quraisy, penjaga makam Rasulullah SAW di Madinah antara tahun 1967- hingga 1979, tdk ada penjaga makam bernama Sheik Ahmad antara tahun 1881 hingga 1979. Penjaga makam di Madinah ialah:
l Sayyed Turki Abu Mohamed Abdul Razaque Al-Hashimi Al-Quraisy (1881-meninggal dunia 1932),
l anaknya Sayyed Hashim Abu Faisal Abdul Jalil Al-Hashimi Al-Quraisy (1932-meninggal dunia 1934),
l adiknya Sayyed Abdul Karim Mutawwi Al-Hashimi Al-Quraisy (1934-bersara 1966) dan
l anak saudaranya Sayyed Mohamed Raisuddin bin Mohamed bin Abdul Razaque Al-Hashimi Al-Quraisyi (1967-meninggal dunia 1979).
Yg mengenaskan adl, surat wasiat ini telah menyebar di negara-negara islam. Tidak dpt dipungkiri bhw pembuat surat ini berusaha menggelincirkan keimanan umat islam melalui kekhawatiran bila wasiat tsbt tdk dilaksanakan.
Pembuat surat tersebut "mewajibkan penerima dan pembacanya untuk menyebarkan surat tersebut dan jika tdk disebarkan akan mendapatkan kemalangan yg besar. Saudaraku yg semoga dijaga dan dilindungi oleh Allah. Dalam al Qur'an surat al Maidah; 3 telah dgn sangat jelas dinyatakan bhw agama islam telah sempurna. Allah telah menurunkan Qur'an melalui nabi Muhammad saw dan nabi pun telah menyampaikan semuanya kpd umatnya. Hal ini berarti semua perkara hukumnya wajib telah semuanya disampaikan oleh rasulullah saw tanpa ada yang terlupa.
Dgn hadirnya surat wasiat tersebut, dan mewajibkan penerima dan pembacanya untuk menyebarkannya, dgn jelas pembuat surat berusaha menggelincirkan keimanan umat muslim bhw ada satu perkara lagi yang "wajib dilaksanakan.
Perlu diketahui juga bahwa Majlis Fatwa Kebangsaan 1978 mengesahkan surat ini ditulis oleh paderi-paderi biara Blessings of St Antonio, Texas, USA pd tahun 1974/75 untuk mengelirukan umat Islam. Penulis asal surat ini ialah mendiang Father Francis Jose de Villa, seorang paderi Katolik dari Argentina berketurunan Arab-Syria (bekas penganut Islam, nama asalnya Mohamed Elias Skanbeg). Dia pernah bertugas di Instituto Sacristo Convocione Reliogioso di Brindisi, Itali sbg mubaligh Katolik antara tahun 1966-1968 di bawah Cardinal Agostino Casaroli. Father de Villa meninggal dunia pd tahun 1980 di Texas dlm usia 54 tahun.
Mari kita teguhkan keimanan ini. Keimanan dibangun di atas tiga perkara yaitu Mahabbah (kecintaan), Khauf (takut), dan Raja' (harapan). Ketiganya hrs secara total tulus dan ikhlas kita alamatkan kpd Allah.
Kecintaan kita kpd apapun wajib kita alamatkan krn Allah. Rasa takut pun hrs krn Allah. Bukan takut krn tdk melaksanakan wasiat syekh (palsu) ahmad tsbt. Kita harusnya lbh takut krn jika menyebarkan surat wasiat tersebut kita hanya akan berkontribusi pd melemahkan keimanan saudara-saudara kita. Harapan kita jg wajib kita sandarkan semuanya pd Allah.
Smg Allah mengampuni atas ketidaktahuan dan kekhilafan kita.Saya harap sahabat-sahabat berkenan menyebarkan berita ini.
Wallahu a'lam
oleh: Agung SE
Posted by ucupneptune at 11:24 AM 0 comments
BERAPA LAMA KITA DIKUBUR ?
Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di
atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet (Jakarta).
Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya
memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk
dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana
ayahnya.
Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak
ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti
Muhammad 19-10-1915:20- 01-1965"
"Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat
wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan
ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a
untuk Neneknya...
"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah." Ayahnya mengangguk
sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.
"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah..." Kata Yani
berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu
sudah di dalam kubur 42 tahun ... "
Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di
samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini:
19-02-1882 : 30-01-1910"
"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah",
jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya
mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.
"Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan
kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka" kata Yani sambil meminta
persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"
Ayahnya tersenyum, "Lalu?"
"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun
dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun
nenek senang dikubur .... Ya nggak yah?" mata Yani berbinar karena bisa
menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya
cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.
Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya,
memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang...
kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa .. atau bahagia
dikubur .... Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata...
Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat masih 1000 tahun
lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?
Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un .... Air matanya semakin banyak
menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke
depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan
disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi?
Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi
kemarin ia sudah tak tahan?
Ya Allah... Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya
naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya
Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu
hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk
Yani.
Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya
selimutnya. Yani terus tertidur.... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat
berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah
kehidupan... Dan apa yang akan datang di depannya...
"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan
dihatiku..."
Original message from Sapto
Posted by ucupneptune at 11:22 AM 0 comments
make a wish......
Original message from NoviTa HoliSm:
Tahukah anda kalau orang yang kelihatan begitu tegar hatinya, adalah orang yang sangat lemah dan butuh pertolongan? Tahukah anda kalau orang yang menghabiskan waktunya untuk melindungi orang lain adalah justru orang yang sangat butuh seseorang untuk melindunginya? Tahukah anda kalau tiga hal yang paling sulit untuk diungkapkan adalah : Aku cinta kamu, maaf dan tolong aku Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian warna merah lebih yakin kepada dirinya sendiri? Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian kuning adalah orang yang menikmati kecantikannya sendiri? Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian hitam adalah orang yang ingin tidak diperhatikan dan butuh bantuan dan pengertian anda? Tahukah anda kalau anda menolong seseorang, pertolongan tersebut dikembalikan dua kali lipat? Tahukah anda bahwa lebih mudah mengatakan perasaan anda dalam tulisan dibandingkan mengatakan kepada seseorang secara langsung? Tapi tahukah anda bahwa hal tsb akan lebih bernilai saat anda mengatakannya dihadapan orang tsb? Tahukah anda kalau anda memohon sesuatu dengan keyakinan, keinginan anda tsb pasti dikabulkan? Tahukah anda bahwa anda bisa mewujudkan impian anda, spt jatuh cinta,menjadi kaya, selalu sehat, jika anda memintanya dengan keyakinan, dan jika anda benar2 tahu, anda akan terkejut dengan apa yang bisa anda lakukan. Tapi jangan percaya semua yang saya katakan, sebelum anda mencobanya sendiri. Jika anda tahu seseorang yang benar2 butuh sesuatu yg saya sebutkan diatas, dan anda tahu anda bisa menolongnya, anda akan melihat bahwa pertolongan tsb akan dikembalikan dua kali lipat. Hari ini, bola PERSAHABATAN ada dilapangan anda, kirim ini kepada orang yang benar2 sahabat anda (termasuk saya jika saya juga sahabat). Juga, jangan merasa kecewa jika tidak ada seseorang yang mengirimkannya kembali kepada anda, anda akan mengetahui bahwa anda akan tetap menjaga bola untuk orang lainnya. Ok, inilah yang harus anda lakukan ... : Kirim kepada SEMUA TEMAN anda! Tapi anda harus MELAKUKANNYA dalam satu jam setelah membuka surat ini! Sekarang ... BUAT 1 PERMINTAAN !!!! Buat sekarang, Ini kesempatan terakhir anda!!! Saya harap anda telah membuat suatu permintaan, Sekarang kirim surat ini kepada: 1 orang : permintaan anda akan terwujud dalam satu tahun 3 orang : 6 bulan 5 orang : 3 bulan 6 orang : 1 bulan 7 orang : 2 minggu 8 orang : 1 minggu 9 orang : 5 hari 10 orang : 3 hari 12 orang : 2 hari 15 orang : 1 hari 20 orang : 3 jam *** Jika anda hapus setelah membaca ... anda akan menghabiskan satu tahun tanpa keberuntungan! Tapi, jika anda kirim kepada (paling tidak) dua teman ... anda akan memiliki 3 tahun penuh keberuntung'
Posted by ucupneptune at 11:22 AM 0 comments
SURAT DARI SETAN UNTUK MU
Aku melihatmu kemarin, saat engkau memulai aktifitas harianmu.Kau bangun tanpa sujud mengerjakan subuhmu Bahkan kemudian, kau juga tidak mengucapkan "Bismillah" sebelum
memulai santapanmu, juga tidak sempat mengerjakan shalat Isha sebelum
berangkat ketempat tidurmu Kau benar2 orang yang bersyukur, Aku
menyukainya Aku tak dapat mengungkapkan betapa senangnya aku
melihatmu tidak merubah cara hidupmu.
Hai Bodoh, Kamu millikku. Ingat, kau dan aku sudah bertahun-tahun
bersama, dan aku masih belum bisa benar2 mencintaimu. Malah aku
masih membencimu, karena aku nci Allah. Aku hanya menggunakanmu
untuk membalas dendamku kepada Allah.
Dia sudah mencampakkan aku dari surga, dan aku akan tetap memanfaatkanmu sepanjang masa untuk mebalaskannya
Kau lihat, ALLAH MENYAYANGIMU dan dia masih memiliki rencana-rencana untukmu dihari depan. Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu padaku, dan aku akan membuat kehidupanmu seperti neraka.Sehingga kita bisa bersama dua kali dan ini akan menyakiti hati ALLAH
Aku benar-benar berterimakasih padamu, karena aku sudah menunjukkan
kepada NYA siapa yang menjadi pengatur dalam hidupmu dalam masa2
yang kita jalani
Kita nonton film porno bersama, memaki orang, mencuri, berbohong,
munafik, makan sekenyang-kenyangya, guyon2an jorok, bergosip, manghakimi orang, menghujam orang dari belakang, tidak hormat pada orang tua, Tidak menghargai Masjid, berperilaku buruk.
TENTUNYA kau tak ingin meninggalkan ini begitu saja. Ayolah, Hai Bodoh, kita terbakar bersama, selamanya. Aku masih memiliki rencana2 hangat untuk kita. Ini hanya merupakan surat penghargaanku untuk mu. Aku ingin mengucapkan 'TERIMAKASIH' karena sudah
mengizinkanku memanfaatkan hampir semua masa hidupmu. Kamu memang sangat mudah dibodohi, aku menertawakanmu.
Saat kau tergoda berbuat dosa kamu menghadiahkan tawa. Dosa sudah mulai mewarnai hidupmu. Kamu sudah 20 tahun lebih tua, dan sekarang aku perlu darah muda. Jadi, pergi dan lanjutkanlah mengajarkan orang-orang muda bagaimana berbuat dosa. Yang perlu kau lakukan adalah mabuk-mabukan, berbohong, berjudi, bergosip, dan hiduplah se-egois mungkin. Lakukan semua ini didepan anak-anak dan mereka akan menirunya. Begitulah anak-anak
.
Baiklah, aku persilahkan kau bergerak sekarang. Aku akan kembali beberapa detik lagi untuk menggoda mu lagi. Jika kau cukup cerdas, kau akan lari sembunyi, dan bertaubat atas dosa-dosamu.
Dan hidup untuk Allah dengan sisa umurmu yang tinggal sedikit.
Memperingati orang bukan tabiatku, tapi diusiamu sekarang dan tetap
melakukan dosa, sepertinya memang agak aneh. Jangan salah sangka, aku masih tetap membencimu. Hanya saja kau harus menjadi orang tolol yang lebih baik dimata ALLAH.
(Catatan : Jika kau benar2 menyayangiku , kau tak akan membagi surat ini dengan siapapun)
Wass..
Packing
oleh: Taufik
Posted by ucupneptune at 11:20 AM 0 comments
i'm sad, i'm so sad
kembali lagi aku bernyanyi di sini
kembali lagi aku dalam sepi
persis slank bernyanyi
"malam ini kembali sadarku kau telah pergi"
yah dia telah ada yang punya
aku menurunkan bendera perjuanganku
dia yang dulu menaikkan bendera itu
dia juga yang menurunkan
aku hanya terpana
melihat dia bersama laki-laki lain
Tuhan Engkau adil
tetapi tidak adil untuk hatiku
semenjak aku mengenal dia
dekat dengannya
dan sekarang ditinggalkannya
berjayalah orang2 yang mati rasa
terhadap cintanya
semoga dia bahagia
oleh: yusuf s.i.
Posted by ucupneptune at 11:16 AM 0 comments
hari ulang tahun
Hitam dan gelap
tapi tetap ada cahaya
putih dan terang
tapi mendung mengiringi
tak ada kesenangan
tak ada kegembiraan
duka selalu menyelimuti
resah selalu di hati
apa yang berlalu
ya sudah berlalu
hanya menyesali
yang telah mati
bunga di taman
awan di langit
itulah alamat
yang selalu pasti
carilah keindahan
yang engkau cari
pasti akan kau temui
entah kapan?????
oleh: yusuf s.i.
Posted by ucupneptune at 11:12 AM 0 comments
KEPEMIMPINAN YANG BERLANDASKAN KECERDASAN ADVERSITAS, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL
Oleh : Nana Rukmana D.W *)
Pendahuluan
Dalam acara lokakarya institusional Development yang diselenggarakan CBUIM (Capacity Building Urban Infrastructure Management) di hotel wisata Jakarta tanggal 2-6 April 2002, Walikota Jakarta Barat memaparkan pengalamannya memimpin kota dengan pendekatan "manajemen silaturahmi". konsep manajemen silaturahmi ini diaktualisasikan dengan melakukan pendekatan langsung dan menyentuh hati nurani masyarakat (management by heart). Hasilnya sangat mengagumkan, menurut penuturannya, banyak pembangunan sarana dan prasarana di wilayahnya yang dibangun tanpa mengeluarkan dana APBD maupun APBN, tapi murni dengan dana swadaya masyarakat maupun pelibatan pihak swasta. Dengan pendekatan manajemen silaturahmi gaya Walikota jakarta Barat ini, pembebasan tanah untuk pelebaran beberapa ruas jalan di wilayahnya dilakukan tanpa memberikan ganti rugi kepada pemilik tanah, karena walikota berhasil menyentuh hati nurani warga masyarakat, sehingga masyarakat sadar untuk melepaskan sebagian tanah miliknya untuk pelebaranjalan. Pada kenyataannya, masih menurut walikota, masyarakat ternyata tidak rugi, karena NJOP tanah naik tatkala jalan sudah dilebarkan, sehingga harga jual tanah akan jauh lebih tinggi dibanding harga tanah sebelum dilebarkan.
Konon Walikota Jakarta Barat ini merupakan pejabat karier, yang memulai kariernya di pemda mulai dari golongan Id dan kini sudah menyandang Walikota dengan golongan IVc. Selama masa kepemimpinannya, walikota ini berupaya menggugah masyarakat agar semua merasa memiliki wilayahnya, dengan motto yang sangat memasyarakat : " Kampung Kite Kalo Bukan Kite Nyang Ngurusin Siape Lagi".Konon, semasa kepemimpinannya berhasil membangun RSUD di atas lahan seluas 2,5 Ha. Lagi-lagi dengan menggunakan pendekatan silaturahmi, lahan ini diperoleh secara gratis dari Perumnas. Biayanya cukup lumayan sebesar Rp. 45 milyar untuk biaya struktur (tahap I) dan Rp. 112,325 milyar untuk finishing dan sarana pendukung (tahap II).
Keberhasilan menggunakan konsep manajemen silaturahmi (MaSil) gaya walikota ini direalisasikan dengan melakukan kunjungan secara rutin ke Kantor Camat dan Lurah, kunjungan ke Pos RW, menjadi Pembina dalam Apel di SLTP/SLTA, kunjunganke tempat Ibadah, Sholat subuh/Jum'at keliling, silaturahmi minggu pagi, talk show di Radio dan TV, menyediakan kotak dan telepon pengaduan serta coffe morning. Dalam pelaksanaannya walikota bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di wilayahnya, organisasi non pemerintah, antara lain Forum Komunikasi Kerukunan Ummat Beraga (FKKUB), Dewan Kelurahan, dan lain-lain.
Kalau kita amati upaya yang dilakukan walikota ini, lebih banyak menggunakan kemampuannya dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai unsur yang terkait dalam pembangunan prasarana dan sarana perkotaan, khususnya untuk menggali potensi masyarakat dan swasta. Inilah sebenarnya yang kita fahami sebagai kecerdasan emosional (emotional intelligence), yakni kemampuan intra personal dan inter personal yang dimiliki seseorang. Walikota ini juga nampaknya cerdas secara spiritual, karena sering memberi contoh perilaku yang baik dalam hal implementasi nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupannya
Landasan EQ dan SQ Dalam Kepemimpinan
Seorang pemimpin yang hanya berlandaskan pada IQ saja, maka visi dan misi serta orientasi kerjanya sebatas pada hal-hal yang sifatnya materialistis, matematis dan pragmatis, dengan mengenyampingkan hal-hal yang berbau spirituallits dan sentuhan hati nurani. Pencapain visi dan misi oleh pemimpin yang hanya mengandalkan IQ, dilakukan dengan prinsip just do it, sehingga segala bentuk kegagalan ataupun keberhasilan, disikapi sebagai prinsip just a game. bahkan ultimate goal nya juga masih sebatas mancari kepuasan materiil atau duniawi.
Pemimpin yang menerapkan nilai-nilai EQ akan menggunakan hatinya dalam memimpin, tidak semata-mata logika sebagaimana pendekatan IQ di atas. Penerapan EQ ini ditunjukan dengan sifat sidik (jujur), Tabligh (berani menyampaikan kebenaran), Amanah (terpercaya), dan Fatonah (berpendirian kuat) dalam memimpin. namun pendekatan EQ ini sasaran akhirnya cenderung masih tetap sama dengan pendekatan IQ yakni sebatas mengejar kepuasan materiil atau duniawi. Konon di dalam dunia pendidikan negara maju seperti Jepang, Inggris dan Amerika ada materi tambahan yang berkaitan erat dengan life skill dan leadership. Disitu aspekkejujuran, pemahaman akan individu dan masyarakat, ditambah basic technology diberikan sebagai menu sehari-hari. Namun konsep itu nampaknya masih terlepas dari nilai-nilai luhur ajaran agama, hanya sebatas pada hubungan antar sesama manusia dengan mengabaikan hubungan dengan Tuhan Pencipta Semesta Alam.
Pemimpin yang mendalami dan menerapkan nilai-nilai SQ dipadukan dengan nilai-nilai EQ, ultimate goal nya semata-mata mendapat ridha Allah SWT. Visi dan misinya sangat jauh kedepan karena dihasilkan dari proses memahami masa lalu (sejarah) yang sangat jauh ke belakang. Mulai dari upaya memahami penciptaan alam dan manusia sampai meyakini bahwa tujuan akhirnya tidak lain adalah akhirat. dengan demikian visinya tidak sebatas sampai akhir kehidupan dunia saja, tapi sampai pada kehidupan akhirat, dimana semua perilaku kita di dunia akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT dan kita yakin bahwa pengadilan akhirat akan kita hadapi. Oleh karena itu prinsip just do it nya adalah mengerjakan segala sesuatu dengan penuh keikhlasan karena melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang pemimpin, semata-mata mengharap ridha Allah SWT, sehingga ukuran yang digunakannya bukan lagi ukuran manusia tapi sudah menggunakan ukuran Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Demikian juga dalam hal pengukuran kinerja karyawannya, tidak seamta-mata hanya berorientasi pada hasil seperti yang populer dikembangkan di Barat, tetapi kriteria proses untuk mencapai hasil tersebut juga sangat diperhatikan. Kriteria berdasarkan hasil hanya berfokus pada apa yang telah dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu itu dicapai atau dihasilkan . Salah satu contoh definisi kinerja yang dikemukakan seorang ahli barat John Whitmore, " Kinerja diartikan sebagai kualitas dan Kuantitas output dari suatu proses manajemen ". Hal ini berarti, kriteria berdasarkan hasil hanya tepat diberlakukan bagi organisasi yang tidak peduli bagaimana hasil ini dicapai. Justru inilah banyak menyebabkan timbulnya kemerosotan moral dan etika karena mereka dapat melakukan dengan berbagai cara untuk mencapai hasil yang diharapkan. Padahal definisi kinerja yang berlandaskan ESQ adalah "Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika". dengan mengacu pada definisi ini, maka kinerja itu dapat berupa produk akhir (barang dan jasa) dan atau berbentuk perilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan keterampilan spesifik yang dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi. Kriteria berdasarkan perilaku ini sangat penting karena mampu mengindentifikasikan bagaiaman pekerjaan itu dilaksanakan. Kriteri ini sangat penting khusunya bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan antar personal, sebagai contoh dalam toko swalayan, apakah kasir-kasirnya dean pelayannya ramah atau menyenangkan pelanggan ? Toko itu harus membuat daftar perilaku tertentu yang harus diikuti karyawan, perilaku-perilaku itu dapat diukur langsung oleh pelanggan/pembeli.
Konsep Kesimbangan AQ, IQ, EQ dan SQ dalam Kurikulum Pendidikan.
Di lingkungan dunia pendidikan, keseluruhan aspek kecerdasan (IQ, EQ, SQ dan AQ) perlu mendapat bobot perhatian yang seimbang. Hal ini penting mengingat IQ saja tidak menjamin keberhasilan hidupseseorang, demikian jugab kalau haya sekedar SQ dan EQ tidak akan mampu mendukung keberhasilan hidup seseorang secara utuh, material dan spritual.Penerapan keseluruhan aspek kecerdasan ini sangat efektif kalau dilakukan dalam kegiatan bimbingan konseling disetiap lembaga pendidikan. Pemahaman EQ dan SQ akan lebih mudah dilakukan melalui kegiatan tatap muka secara langsung dengan menggugah hati nurani setiap peserta didik untuk berperilaku baik dan mampu negendalikan diri serta berinteraksi dengan orang lain secara baik pula. Kalau bimbingan konseling ini sudah dilakukan secara efektif dengan memesukan semua aspek kecerdasan yang diperlukan, maka sudah saatnya penilaian keberhasilan siswa/peserta didik tidak sekedar pada tataran output (produk), tapi bagaimana proses untuk mencapai output tersebut . Penilaian keberhasilan peserta didik bukan hanya dilihat dari ketepatapan waktu menyelesaikan seluruh program studi, tapi bagaimana perilaku siswa saat mengikuti evaluasi/ujian, apakh dengan cara -cara yang jujur, tidak mencontek atau tidak menjiplak makalah orang lain, tidak berupaya mencari bocoran soal dari lain-lain.
Kalau kriteria tidak secara cermat dipantau dan diperhitungkan, maka hasilnya akan nampak takala lulusan ini mengabdikan ilmunya ditempat kerja, ia akan terbiasa berperilaku tidak jujur, korupsi, kolusi, dan perilaku amoral lainnya ia akan selalu mencari jalan pintas yang mudah ia lakukan untuk mencapai tujuannya walaupun harus menyikut orang lain, menginjak kepala orang, melanggar norma dan autran yang ada, dan lain-lain. Padahal kalau seseorang memiliki kecerdasan adversitas ( Adversity Intelligence) akan mampu menghadapi rintangan atau halangan yang menghadang dalam mencapai tujuan. Menurut Stoltz(2000) indikator-indikatornya dapat dikelompokkan menjadi empat dimensi, yakni dimensi kendali, dimensi asal usul dan pengakuan, dimensi jangkauan serta dimensi daya tahan . Dimensi kendali terkait dengan EQ yakni sejauh mana seseorang mampu mengelola kesulitan yang akan datang. Dimensi kedua tentang tentang asal usul sangat terkait erat dengan SQ, yakni sejauhmana seseorang mempersalahkan dirinya ketika ia mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau sejauhmana seseorang mempersalahkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan dan kegagalannya. Dan yang lebih penting lagi adalah, sejauh mana kesediaan untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan tersebut.
Makin tinggi kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab atas kegagalan atau kesulitan yang menghadang, makin tinggi usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Dimensi jangkauan yang menyatakan sejauhmana kesulitan ini akan merambah kehidupan seseorang menunjukkan, bagaimana suatu masalah mengganggu aktivitas lainnya, sekalipun tidak berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi. Dalam teori kecerdasan emosional, menurut Goleman kata jangkauan ini berhubungan dengan lamanya seseorang terlarut dala suasana hati yang tidak menentu. Dimensi daya tahan dimaksudkan bahwa makin tinggi daya tahan seseorang, makin mampu menghadapi berbagai kesukaran yang dihadapinya. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa AQ sangat berhubungan erat dengan IQ, EQ dan SQ. Pengukuran kecerdasan adversitas yang dinyatakan dengan AQ (Adversity Quotient) yaitu nilai yang diperoleh dengan pembagian tertentu.
Memahami Potensi Qalbu Dalam Kepemimpinan
Setiap manusia akan dipengaruhi oleh dua bisikan ke dalam qalbunya yakni bisikan baik dari malaikat dan bisikan buruk/jahat dari iblis/syetan. Sementara itu akal kita akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada disekitarnya melalui penglihatan dan pendengaran yakni fenomena alam, tata nilai, adat, budaya dll. Dalam menyaring input-input ini terjadi interaksiantara akal dan kalbu. Kalbu dengan dimensi Shadr nya akan mengolah hal-hal yang menyangkut aspek emosional. Shadr adalah potensi kalbu untuk menangkap seluruh nuansa alam dan manusia dari kacamata rasa, yang mencakup kepekaan atas keindahan, kesopanan, dan kelembutan. Shadr ini juga mempunyai potensi untuk mampu memberikan penghargaan atau apresiasi terhadap nilai-nilai keindahan, budaya dan menghormati orang lain.
Dimensi fu'ad memberikan ruang untuk akal, berfikir, bertafakur, memilih dan mengolah seluruh data yang masuk dalam qalbu dan aqal manusia. Fu'ad melihat berbagai alamat (tanda) yang kemudian menjadi ilmu untuk mewujudkannya dalam bentuk amal/perilaku. Pengawal setia Fu'ad ini adalah akal, zikir, pikir, pendengaran, dan penglihatan. Fungsi akal membantu fua`ad untuk menangkap seluruh fenomena yang bersifat lahir, wujud, dan nyata dengan mendayagunakan fungsi nazhar "indra penglihatan" sedangkan hal-hal yang bersifat perenungan. pemahaman mendalam terhadap hakikat yang bersifat ghalib tidak nyata, dan tidak tampak dalam penglihatan diserahkan kepada potensi pikir dengan mendayagunakan fungsi sam`a "pendengaran". Akal berkaitan dengan keadaan untuk menangkap seluruh gejala alam yang tampak nyata.
Seseorang yang IQ nya tinggi belum tentu termasuk katagori orang yang mendayagunakan fu`ad untuk mengenal hakikat dari penciptaan langit dan bumi serta segala yang tampak. Fu`ad dengan kandungan akal, zikir dan pikir mampu mengetuk nurani untuk mengambil keputusan secara kritis, berani bertindak, dan bertanggung jawab. Dalam mengambil sikap atau keputusan, peranan fu`ad merupakan pasukan qalbu yang paling aterdepan. Fu`ad tampil sebagai assabiqunal awwalun dari pendayagunaan potensi qalbu. Fu`ad yang berfungsi akan menyebabkan diri kita selalu terlibat dalam tanya jawab, apakah dirinya berpihak kepada kebenaran ataukah sedang berada dalam posisi yang salah.
Keseluruhan interaksi dari ketiga potensi qalbu ini kemudian akan dirangkum dalam nafs (ego) nafs inilah yang akan mengambil keputusan akhir yang akan ditindaklanjuti secara fisiologis. Hidup manusia diwarnai oleh pertarungan sengit antara malaikat dan iblis untukmemperebutkan posisi strategis di dalam nafs. Oleh karena itu semua perbuatan manusia selalu didahului pro-kontra, terutama jika perbuatan itu belum menjadi sesuatu yang lazim dilakukan oleh yang bersangkutan, kalau yang menang adalah iblis/syetan, perbuatannya sudah dapat dipastikan perbautan buruk yang akan merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Sedangkan jika yang menang adalah malaikat, maka akan terjadi sebaliknya.
Seluruh potensi qalbu harus selalu disinari cahaya illahi (Ruh kebenaran), sehingga ia akan tetap berada didalam jalan kebenaran, mengingat peranan iblis yang dengan gigih berusaha untuk memadamkan cahaya illahi dan menggantinya dengan nyala api yang bernuatan elemen-elemen rendah dan fana yang penuh dengan nafsu hewaniah, maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk bertanya kepada hati nurani dan menggugah hati nurani masyarakat yang dipimpinnya, sehingga dapat melaksankan berbagai kebijakan pimpinannya dengan baik. inilah inti dari pelaksanaan manajemen sialturahmi, yang mendayagunakan peran hati nurani, sehingga implementasi dari silaturahmi ini bukan hanya sekedar perbuatan lahir/fisik/jasad, tapi sudah melibatkan peran hati nurani, yang ditunjukkan dengan ketulusan untuk saling mencintai dan menyayangi sehingga timbul saling percaya, saling hormat menghormati antara pemimpin dan bawahannya.
Kesimpulan dan Saran
Faktor keberhasilan seseorang didalam memimpin ternyata bukan semata-mata ditentukan oleh faktor pendidikan formal atau bahkan bukan ditentukan oleh kemampuan dan kecerdasan inteltual, tapi kontribusi terbesar yang mendukung keberhasilan seseorang adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam wujud siltarturahmi basa-basi atau seremonial, tapi silaturahmi yang ikhlas semata-mata untuk mewujudkan dan mempererat tali kasih sayang. Tidak ada artinya tangan bersalaman dan saling tegus sapa antara pimpinan dan bawahannya, tapi hatinya tidak ikut bersalaman. Tidak ada gunanya kalau seorang pemimpin menggembar -gemborkan perlunya silturahmi tapi ia tidak memberikan contoh yang baik dalam melaksanakan siltaturahmi yang berkualitas. Kadang-kadang ada pemimpin yangmampu bersilaturahmi dengan sebagian kecil kelompok, sementara kelompok yang lain diabaikan bahkan luput dari perhatiannya. Hal ini berarti manajemen silaturahmi belum dijalankan dengan baik, sehingga tidak dapat menyelesaikan berbagai persoalan di lingkungan dan leadership dalam setiap jenjang pendidikan.
Kurikulum pendidikan harus mengarah pada peningkatan kompetensi berkenaan dengan keterampilan hidup. Keterampilan hidup yang dimaksud bukan hanya kompetensi untuk memperoleh pengetahuan dan untuk memperoleh pengetahuan dan untuk tumbuh berkembang bagi diri sendiri, seperti kemampuan membaca, menulis, berhitung, hidup sehat dan lain-lain, tetapi perlu diberikan kompetensi organisasi dengan baik. Konsep manajemen silaturahmi (Masil) menghendaki agar semua persoalan dapat diselesaikan melalui pendekatan hati nurani, dengan prinsip saling menyayangi diantara sesama manusia. Keterampilan hidup yang lebih luas, baik di rumah, di tempat kerja maupun di lingkungan masyarakat, sehingga anak didik mampu menghayati kehidupan dan lingkungannya. Dalam hal ini kemampuan intra personal dan inter personal sangat mendukung untuk maksud tersebut, agar dapat menjalin hubungan dengan orang lain secara baik dan efektif.
Dalam upaya mewujudkan gagasan itu program jangka penjangnya perlu ada upaya penyempurnaan system pendidikan nasional kita sebagaimana diterapkan di negara maju yakni memberikan muatan-muatan life skill.
*) Ir. Nana Rukmana D.W, M.A,
Kabid program dan Evaluasi Pusdiklat
Posted by ucupneptune at 11:11 AM 0 comments
Kembali Kepada Allah
Original message from ABhOED:
Kembali Kepada Allah
Hidup manusia menjadi bermasalah, sebab manusia banyak lupanya sama Allah, dan menjauh dari Allah. Kehidupan menjadi berantakan, banyak pusingnya padahal mestinya disebut orang senang, pun sebab yang boleh jadi sama; lupa sama Allah dan jauh dari-Nya.
Maka “Kembali Kepada Allah” menjadi isu yang sangat penting diperingatkan terus untuk hati dan pikiran kita. Supaya senang kita hidup di dunia ini, hingga terus di akhirat. Jangan sampai kita genggam dunia, nyatanya malah jadi pintu neraka buat kita. Dan jangan sampai kita menyangka kita bahagia, malah awal penderitaan. Mereka yang berbahagia, sukses, tapi hidup tanpa Allah, maka ketahuilah, itulah kebahagiaan dan kesuksesan yang semu.
Begitu juga mereka yang ingin pertolongan-Nya, ingin dapat ridha-Nya atas ikhtiarnya dalam menyelesaikan masalah dan keinginan, maka kembalilah kepada Allah. Karena semua syafaat hanya milik Allah dan di tangan Allah.
Kajian Utama
QS. az Zumar: 44
QS. al Baqoroh: 255
QS. Yunus: 3
QS. al Isra: 97
QS. an Nuur: 39-40
Posted by ucupneptune at 10:58 AM 0 comments
Beri waktu untuk yang Shalat
Dalam kitab Tanbihul Ghafilin disebutkan bahwa Sa'id Jubair berkata, Ibnu
'Abbas ra ketika mendengar suara (seruan) adzan, ia menangis sampai basah
sorbannya, dan merah matanya. Ketika ditanya, beliau menjawab, "Seandainya
manusia tahu persis suara (seruan) mu'adzin, pasti tidak mungkin sempat
beristirahat dan tidur." Apa maksudnya? Ia lalu menjelaskan :
1. Seruan pertama, "Allahu Akbar" mempunyai makna, "Hai sekalian
manusia yang telah sibuk mengurusi harta dunia, berhentilah dulu
sejenak,sambutlah seruan ini, istirahatlah badanmu dan segeralah beramal
baik demi keuntungan dirimu."
2. Seruan kedua, "Ashadu alla ilaha illallah" mempunyai makna, "Aku mohon
persaksian semua masyarakat langit dan bumi, bagiku di sisi Allah kelak di
Hari Kiamat bahwa ' Aku telah menyeru kalian."
3. Seruan ketiga "Asyadu anna Muhammadar Rasulullah" mempunyai makna,
"Aku mohon persaksian dari para Nabi khususnya, Nabi Muhammad saw kelak di
Hari Kiamat bahwa Aku telah memberitahu kepada kalian setiap harinya lima
kali."
4. Seruan keempat, "Hayya 'alash-shalat" mempunyai makna, "Sungguh Allah
telah menegakkan shalat bagi kalian, maka tegakkanlah shalat olehmu."
5. Seruan kelima, "Hayya 'alal-falah" mempunyai makna, "Masuklah
kalian dalam rahmat dan peganglah petunjuk bagimu."
6. Seruan keenam, "Allahu akbar" mempunyai makna, "Segala pekerjaan
(urusan duniawi) terlarang bagimu, sebelum melaksanakan shalat."
7. Seruan ketujuh, "La ilaha illallah" mempunyai makna, "Inilah amanat
tujuh lapisan bumi dan langit, sudah berada di pundakmu, maka terserah
kepada kalian akan dilaksanakan atau tidak."
Saudaraku, ada lima belas kesengsaraan yang akan menimpa orang yang
mengabaikan waktu shalat. enam kesengsaraan akan menimpa ketika di dunia,
tiga ketika sakaratul maut, tiga ketika di dalam kubur, dan tiga lagi
ketika bangkit dari kubur.
Enam kesengsaraan ketika di dunia adalah:
Pertama , dicabut keberkahan hidupnya.
Kedua , dihapus ciri-ciri orang saleh yang berada di wajahnya.
Ketiga , setiap amal baik yang di lakukan,tidak akan di beri pahala oleh
allah.
Keempat , doa yang di panjatkan tidak akan pernah dikabulkan.
Kelima , tidak akan pernah mendapatkan bagian dari doa orang-orang yang
saleh.
Keenam , keluar dari dunia tanpa membawa iman.
Sedangkan tiga kesengsaraan ketika sakratul maut adalah :
Pertama , mati dalam keadaan sangat hina.
Kedua , mati dalam keadaan sangat lapar.
Ketiga , mati dalam keadaan sangat dahaga, sehingga apabila seluruh air
samudra diminum, tidak akan bisa mengurangi rasa hausnya.
Tiga kesengsaraan ketika di dalam kubur adalah :
Pertama , segera dijepit oleh kubur.
Kedua , sepanjang siang dan malam dibakar dengan api membara.
Ketiga , dililit dengan erat sekali oleh ular besar bernama Syuja; Ular
ini matanya terbuat dari api. Kukunya panjang terbuat dari besi, yang
panjangnya setiap kukunya adalah perjalanan sehari.
Dan tiga kesengsaraan ketika dibangkitkan dari kubur adalah :
Pertama , dihisab dengan berat.
Kedua , mendapat murka Allah SWT.
Ketiga , dimasukkan ke dalam Neraka.
Karena itu, ketika mendengar suara adzan, bergegaslah wudhu untuk
mendirikan shalat. Karena adzan memiliki makna-makna filosofis yang luar
biasa.
Dikutip Dari Buku Jejak Langkah Mengenal Allah
oleh: ABhOED
Posted by ucupneptune at 10:55 AM 0 comments
Forex? What is it, anyway?
The market
The currency trading (FOREX) market is the biggest and fastest growing market on earth. Its daily turnover is more than 2.5 trillion dollars. The participants in this market are banks, organizations, investors and private individuals, just like you. (click here to read full market background by Easy-Forex™).
The goods (merchandise)
Markets are places to trade goods, and the same goes with FOREX. The Forex goods are the currencies of various countries. You buy Euro, paying with US dollars, or you sell Japanese Yens for Canadian dollars. That's all.
How does one profit in Forex?
Obviously, buy cheap and sell for more! The profit potential comes from the fluctuations (changes) in the currency exchange market.
The nice thing about the FOREX market, is that regular daily fluctuations, say - around 1%, are multiplied by 100! (in general, Easy-Forex™ offers trading ratios from 1:50 to 1:200).
How risky is Forex trading?
You cannot lose more than your "margin" (your initial investment)! You may profit unlimited amounts, but you never lose more than what you initially risked. However, risk only what you can afford and is not vital for your well-being.
How do I start trading?
Register (Easy-Forex™ offers the simplest and quickest registration process, no obligation); deposit your first trading "margin" amount (credit cards are welcome, only by Easy-Forex™); start trading.
How do I monitor my Forex trading?
Online, from anywhere, anytime. You have full control to monitor status, check scenarios, change some terms in the deal, or close it.
Want to know more? Want to get on-line training? Register here (quick, no obligation), we'll be glad to guide you, every step of the way.
Good luck!
Forex trading involves substantial risk of loss, and may not be suitable for everyone.
Posted by ucupneptune at 10:06 AM 0 comments
MASYUMI KONTRA PNI
Wibisono Mentri Keuangan telah tegaskan bahwa pada Mentri dari Masyumi mungkin sekali tak akan menyetujui menyerahkan mandat kabinet kepada kabinet kepada presiden seperti yang dituntut oleh PNI, artinya 2 partai pemerintah terbesar berlainan pendapatnya dalam cara pembubaran kabinet, Masyumi menghendaki bubarnya kabinet parlemen dengan adanya moral penjaja.
Tapi PNI mau jatuhkan kabinet dari dalam dengan tak usah soalnya dibawa keparlemen, mana aliran ini yang akan diperoleh kemenangan terserah pada putusan kabinet yang kiranya akan jatuh pada Sidang Kabinet pada hari ini.
Dan dalam hal ini kiranya tak ada gunanya kita meraba atau berikan perhitungan tentang apakah aliran Wibisono atau aliran Mentri PNI yang akan diperoleh kemenagan itu lebih baik tunggu dengan sabar.
Tapi satu hal yang kiranya telah merupakan kepastian ialah akan bubarnya kabinet dan kejatuhan itu dengan sikapnya PNI pada hakekatnya akan terjadi dari dalam karena sekalipun tuntutan PNI nanti ditolak oleh kabinet dan soal MSA itu diserahkan dulu pada parlemen sehingga kabinet jatuh melalui parlemen, ini hanya..(bentuknya keluar) saja.
Dari pada itu haruslah kita awas dengan waspada jangan lantaran keributan sekitar soal krisis kabinet itu akan sampai timbul suatu gezagsvacuum (kelalaian dalam menyelengarakan kekuasaan). Negara kita sudah sering kali mengalami krisis kabinet karena itu hendaknya kita pun haruslah memandang krisis kabinet ini sebagai kejadian yang biasa didalam pemerintahan yang demokraits.
Oleh sebab itu kepada mereka yang menjalankan kewajiban sehari-hari di ketentaraan, di kepolisian, dikalangan pegawai sipil dan di partikelir, pendeknya dimana saja kami serukan supaya masing masing tetap berada ditempatnya menunaikan tugasnya masing-masing hendaknya lebih teguh dari biasa.
Tidak ada gunanya untuk mengobrol terus-terusan tentang jelek buruknya politik jika pekerjaan yang kita hadapi sekarang ini tidak tidak berjauhan tugasnya, bahwa kita sudah bernegara dan roda negara tidak mesti berhenti atau kagok karena krisis kabinet itu.
Posted by ucupneptune at 9:26 AM 0 comments
LEPASKAN POLITIK BEBAS ASAL TERIMA IRIAN
Kita mengetahui bahwa dua pasal terpenting dari program Kabinet Sukiman ialah politik bebas aktif dan pengembalian Irian pada Indonesia dari pada itu kita juga mengetahui semakin ributnya suara-suara yang menuduh Subardjo kemudian-oleh siaran surat kabar “Sin Po” juga Sukiman telah menerima MSA dengan amandemen asal Indonesia jangan terikat dalam ekspor bahan mentahnya. Dan hari ini koresponden kita sinyalir kabar bahwa sebetulnya Amerika telah bersedia menyokong pengembalian Irian kepada Indonesia asal Indonesia dari pihaknya mau menerima syarat Amerika.
Dalam hubungan ini kalu kita ikut keterangan Yamin yang berbunyi bahwa pendirian Indonesia dan Belanda mengenai Irian itu jelas adalah bertentangan padahal sekalipun begitu Yamin masih menyambung keterangannya bahwa kedua pihak yang bertentangan itu toh masih berusaha mencari “Way Out” (jalan keluar) maka sesuai dengan pertanyaan korespondensi kita dalam beritanya disamping ini kami juga ingin bertanya apakah dari kesemuanya keterangan diatas ini bukan kah dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dengan syarat Amerika itu atas pengembalian Irian pada Indonesia yang dimasudkan ialah penerimaan Indonesia akan Mutual Security Agency (perjanjian pertahanan bersama) dari Amerika bukankah penerimaan MSA ini merupakan suatu move (gerakan dalam siasat) oleh Subardjo-Sukiman untuk mencapai pengembalian Irian kepada Indonesia sebagai salah satu pasal penting dari program kabinetnya.
Dan jika perhitungan analisa diatas ini betul kiranya tak dapat lagi disangkal bahwa penerimaan MSA sekalipun dengan amandemen tersebut tetap berarti menerima perjanjian pertahanan bersama dua artinya meleppaskan politik bebas dan masuk pihak Amerika sehingga tidak boleh tidak timbul lagi pertanyaan lainya, ialah apakah lebih berguna bagi nusa dan bangsa melepaskan suatu pasal program kabinet yakni politik bebas asal saja dapat tercapai pasal program lainnya yaitu kembalinya Irian pada Indonesia.
Dalam hal ini kiranya cukup terang bahwa yang beruntung ialah Amerika karena jika Indonesia jadi menerima MSA maka tercapailah garis pertahanan depan dari Amerika di Timur,-garis mana dapat ditarik dari Jepang, Philipina terus ke Indonesia- yang bisa sekedarnya self supporting (menolong dirinya dalam pertahanannya) artinya dapatlah Amerika memperluas Industri perang Jepang dengan menggunakan bahan mentah dari Indonesia sehingga tak usah lagi nanti semua bantuan dikerahkan dari Amerika sendiri.
Malahan bukan ini saja keuntungan Amerika tapi penerimaan MSA itu oleh Indonesia juga merupakan keuntungan nanti dalam “mensen materiaal” sedang Irian sekalipun diserahkan pada Indonesia tetapi tetap masih dapat digunakan sebagai sinyal –dan tarugval- basisnya di Pasifik.
Oleh sebab itu memikirkan sumuanya hal diatas ini bukan kembali lagi kami bertanya: Bukankah kita rugi besar jika politik bebas kita korbankan asal terima Irian saja.
Posted by ucupneptune at 9:25 AM 0 comments
IRIAN DAN MSA
Yamin – sekembalinya di Indonesia antara lain bilang bahwa pendirian Indonesia dan Belanda mengenai Irian jelas, soalnya tinggal mencari jalan keluar.
Sementara itu ditegaskan pula, tak adanya campuran pihak ketiga dalam soal tersebut.
Pernyataan Yamin ini –setelah Yamin berikan laporannya kepada Kabinet- kembali lagi diulangi oleh Mentri Penerangan.
Padahal dalam pada itu Antara peroleh kabar dari wartawannya di London bahwa kalangan White hall (Kementrian Luar Negeri Inggris) mengharapkan supaya jalan buntu dalam soal Irian sekarang ini dihentikan dulu dengan tiada keputusan karena peninjau-peninjau diplomatik Inggris merasa dengan akan diadakannya Pemilihan Umum di Nederland dalam tahun ini juga dan dengan tidak kuatnya Kabinet Indonesia sekarang, maka kedua belah pihak dalam rundingan mengenai Irian itu kurang kuatnya untuk memberikan konsesi yang diperlukan guna mencapai penyelesaian itu.
Lagi pula pada tanggal 6 Februari lalu Casey (Mentri Luar Negeri Australia) di Canbera mengulangi pula dalam keterangannya, bahwa pendirian Pemerintah Australia mengenai Irian adalah tetap, sebagaimana telah dijelaskan pada Parlemen Australia pada tanggal 3 Juni 1950 yaitu bahwa Australia mengkui kedaulatan Belanda atas Irian Barat dan setuju dengan Belanda bahwa keaulatannya atas Irian harus diteruskan.
Dalam keterangannya pada 6 Februari yang baru lalu itu diungkap jelas kirannya untuk menunjukkan bahwa rundingan di Den haag mengenai Irian pada hakikatnya telah gagal lagi. Pun adalah jelas pula, sekalipun Yamin-Mononutu menentangnya, bahwa campuran pihak ketiga melalui saluran-saluran diplomatik memang menekan suasana perundingan supaya soal Irian Barat itu disampingkan dulu.
Malahan jika keterangan pihak luar itu lebih jauh kita selidiki, maka semakin jelas pula lah nampak pada kita, bahwa penyelesaian soal Irian itu bukan tergantung pada Indonesia dan Belanda melainkan pada kepercayaan pihak luar itu (Inggris-Australia-Amerika), pada sikap tertentu pada haluan politik Indonesia.
Artinya selam Indonesia tidak jelas memilih atau terikat pada bloknya, selama itu pula janganlah diharapkan penyelesaian soal Irian itu. Dan saran menunda soal Irian itu tak lain daripada menunggu ketentuan dalam sikap Indonesia. Kalau Indonesia bersedia massuk Pakta Pasifik, boleh dibilang otomatis Irian akan diserahkan pada Indonesia.
Sebaliknya jika tidak masik Pakta Pasifik janganlah Indonesia mengharap Irian akan diserahkan padanya.
Dalam hubungan uraian diatas ini pula lah kita lebih mudah dapat memahami –jika betul apa yang Sin-Po siarkan- penerimaan Subardjo Mentri Luar Negeri atas bantuan MSA dari Amerika itu, yang mana katanya lebih dulu telah dapat persetujuan dari Sukiman sendiri.
Mengenai hal ini jangfanlah dikira bahwa Sukiman-Subardjo saja yang cenderung pada Amerika, kirannya bukan sedikit diantara orang-orang Partai Pemerintah sebagai PIR, parindra, Katolik dan sebagainya yang sesuai pahamnya dengan Subardjo–Sukiman mengenai sikap cenderung ke pihak Amerika itu. Dan bahwasanya sikap ini masih dalam status tersembunyi –menurut hemat kami sendiri- adalahkarena PNI sebagai Partai Pemerintah yang besar artinya masih merupakan rintangan dalam hal ini, berhubung dengan sikapnya anti Frisco itu.
Jadi sekarang tanggung jawab sungguh berat memang terletak pada pundak PNI khususnya beserta aliran-aliran lainnya yang anti frisco, dalam arti juga anti memihak Amerika, untuk bersatu merupakan suatu front menghadapi aliran-aliran pro Amerika di kalangan kita.
Jika kesatuan front itu dapat tercapai dan rakyat, pasti claim nasional atas irian masih dapat terlaksana, sedang penolakan MSA –jika betul telah diterima- masih belum terlambat pula
Dan sebagai penutup kami hendak bertanya, apakah jika MSA itu telah diterima Suibardjo-Sukiman kerjasama dengan PNI masih dapat diteruskan?!
Bukankah telah waktunya membubarkan kabinet sekarang juga sebagai tanda bahwa kita masih menghormati politik bebas kita!?
Posted by ucupneptune at 9:23 AM 0 comments
KEGELISAHAN SEKITAR POLITIK BEBAS
Waktu belakangan ini banyak terdengar suara –suara kegelisahan sekitar politik bebas berhubungan dengan bantuan MSA (Mutual Security Agency) mengenai hal ini Mentri Penerangan sendiri berulang ulang telah kemukakan sangkalannya bahwa Indonesia tak ada menanda tangani MSA begitu juga keterangan dari Abu Hanifah selaku Penasehat Kementerian Luar Negeri dalam hal mana memang diakui adanya penukaran surat antara pemerintah dengan Amerika mengenai MSA itu.
Benar tidaknya Indonesia telah menerima bantuan MSA ini kiranya kewajiban Parlemen untuk segera mengembalikanya dan sudah selayaknya hal itu harus dipertanggung jawabkan oleh Parlemen kepada rakyat, oleh Subardjo sendiri selaku Menteri Luar Negeri yang dapat tuduhan telah menerima bantuan itu.
Tinggal sementara itu suatu hal yang aneh sekali ialah bahwa Subardjo sendiri sampai sekarang masih bunkam mengenai hal tersebut. Sedang dalam hubungan tuduhan tentang tindak tanduk Subardjo pro Amerika ini kiranya kita masih teringat pula pada wartawan surat kabar Rakyat di medan yang kini meringkuk dalam tahanan karena tuduhannya terhadap Subardjo yang telah jual Indonesia.kepada Amerika dengan ditanda tanganinya perjanjian Frisco.
Dan sekarang terlepas dari benar tidaknya bantuan MSA itu pada Indonesia kiranya yang pasti benar membahayakan politik bebas, ialah bahwa tegangnya keadaan memang merupakan suatau proses kearah penghapusan yang terpaksa dari politik bebas itu.
Jika bikin ribut sekitar MSA itu memang tak disangka karuannya, akan tetapi primair pada saat itu tak lain daripada usaha nyata tegas untuk mengurangi kesulitan di dalam negeri sendiri, karena kegagalan kita dalam hal ini suatu tempo pasti akan mengakibatkan terikatnya Indonesia pada suatu pihak dan politik bebas itu hanya omong kosong saja.
Dalam hal ini perlu ditunjuk disini pokok bahaya yang mengancam politik bebas itu ialah keanehan pertentangan dalam keadaan pada dewasa ini. Pernah dikemukakan disini yang pegang kuasa yang rieel adalah Sukiman padahal umumnya yang mengacaukannya adalah anasir-anasir yang ada kesesuaian jiwa serta tujuannya dengan Sukiman, cs.
Dan kedua sikap PNI yang semula mengharap dengan kerjasama dengan Sukiman kekacauan akan dapat dikurangi padahal biarpun pada PNI dan rakyat umunya ternyata bahwa harapan itu tak tercapai sebaliknya keadaan jika tidak tambah kacau kiranya tetap adalah rusuh namun PNI masih tetap memelihara hubungan dengan Sukiman dengan pernyataan sikapnya yang tegas tetap pula ditunda tunda sampai ratifikasi perjanjian Frisco oleh Parlemen.
Maka menurut hemat kami sendiri selama dua keanehan pertentangan ini lebih dulu tak dapat diatasi itulah stabilisasi keadaan tinggal harapan dan selama itu pulalah politik bebas kita terombang ambing dalam bahaya.
Posted by ucupneptune at 9:20 AM 0 comments
BAHAYA KEGELISAHAN DAERAH
Bahaya kegelisahan di daerah pada saat ini adalah sesuatu bahaya yang harus diakui kenyataannya.
Pengakuan keadaan tak memuaskan di daerah, serta janji akan perluasan otonomi daerah sebagaimana diterangkan Mr Wilopo, dalam berita disamping ini memang membuktikan pandangan yang bijaksana akan tetapi kenyataan dewasa ini adalah saksi bahwa Pemerintah Sukiman yang berprogram penyerahan otonomi daerah seluas-luasnya samapai kini memang tak berhasil dalam penyelenggaraan program itu.
Tinggal program atas kertas saja, sedang kenyataan jurang antara pusat dan daerah semakin mendalam serta meluas. Dengan tak dikehendaki sendiri oleh saudara-saudara di daerah, pernyataan dianak tirikan padanya semakin meluap, dan bahaya propinsialisme semakin hari semakin tajam malahan kini bukan rahasia lagi bahwa di daerah-daerah suatu suku merasa dirinya dijajah oleh suku lainnya.
Jauh dari maksud kita untuk membesar-besarkan duduk perkara dan kita harap saudara-saudara di daerah janganlah membesar-besarkannya akan tetapi kenyataan bahaya ini haruslah ditunjuk dengan tegas disini agar merupakan dorongan bagi pemerintah pusat untuk lebih cepat dapat bertindak menyelenggarakan perluasan otonomi daerah itu.
Pada derah harus diserahkan anggaran belanjanya masing-masing yang nyata serta kemerdekaan inisiatif untuk menggunakannya sehingga timbul pada mereka rasa yang tegak untuk membangun daerahnya yang seluk-beluknya lebih baik mereka ketahui daripada orang-orang pemerintah pusat. Sudah terang bahwa penyelenggaraan perluasan otonomi daerah ini haruslah diserrtai penetapan dalam undang-undang sesuai dengan tuntutan Undang-undang Dasar.
Oleh karena itu janganlah kita di pusat pura-pura tinggal menutup mata akan semakin gegeranya kenyataan bahaya tersebut melainkan bertindaklah menyelenggarakan perluasan otonomi daerah itu selekas-lekasnya sebelum “nasi nanti jadi bubur”.
Posted by ucupneptune at 9:19 AM 0 comments
NATSIR – NEGARA ATAS DASAR ISLAM – KEAMANAN
Kepada Pedoman Natsir Ketua Dewan Pimpinan Masyumi mengatakan sesuai dengan “statement” Masyumi bahwa dia heran mengapa orang kini merasa khawatir kalau sekiranya Indonesia berpemerintahan berdasarkan agama Islam.
Atas pernyataan Natsir ini PNI berpendapat bahwa mengemudikan Negara Indonesia atas corak apapun dapat diterima PNI asalkan dengan jalan parlementer.
Sementara itu Kristen (Parkindo) dan Katolik masih tutup mulut masih akan mempelajari dulu lebih dalam statement Masyumi tentang Negara Islam itu.
Sedang pemerintah baru saja mengeluarkan maklumat yang menyatakan pembasmian segala pengacau juga DI.
Kembali pada Natsir dalam keterangannya kepada Pedoman antara lain: dimajukan beberapa pertanyaan yakni, apakah orang takut kepada kemerdekaan beragama sebagai mana yang dipertahankan idiologi Islam? apakah orang takut pada moral yang membedakan manusia dan hewan sesui dengan moral idiologi Islam?
Tujuan Masyumi inklusif, Natsir sebagai pentolannya untuk mendirikan Negara Islam Indonesia- sebagai mana DI kini berjuang dengan kekerasan senjata serta pengancaman dan memang adalah hak Masyumi ataupun Natsir sebab itu sudah selayaknya mereka yang tak bertujuan sedemikian itu harus lah berusaha supaya dapat pula memahami tujuan itu.
Anjuran supaya dapat memahami, tak berarti supaya dapat menerimanya, dalam hal ini jika Natsir merasa heran Sumber dari semula sapai kini perjuangkan politik bebas aktif juga dari pihaknya merasa heran kenapa Indonesia harus berdasarkan agama Islam. Kenapa justru DI mempergencar pengancamannya. Natsir memerlukan pernyataan keinginannya hendak mendirikan agama Islam Indonesia. Apakah Pancasila sebagai Dasar Negara sudah usang bagi Natsir atau Masyumi.
Apakah maksud Natsir hendak mengatakan..terwujudkan karena DI, haruslah kita heran kenapa Indonesia harus berdasarkan agama Islam. Kenapa justru DI semakin mempergencar pengancamannya -Natsir memerlukan pernyataan keinginannya hendak mendirikan Negara Islam Indonesia. Apakah Pancasila sebagai Dasar Negara sudah usang bagi Natsir atau Masyumi.
Apakah maksud Natsr hendak mengatakan terwujudkan (karena) DI, haruslah kita lepaskan Dasar Pancasila itu dan ditukar dengan dasar agama Islam.
Lebih lanjut kami tanyakan Apakah Natsir, cs. pada dirinya dalam-dalam bertanya seandainya tercapai Negara Indonesia atas dasar Islam, apakah akibatya dan apakah akibat ini tidak lebih mengacaukan keadaan di Indonesia.
Pun adalah penting apakah dapat kemungkianan akibatnya itu dipertanggung jawabkan Natsir.
Sedang mengenai pendapat PNI yang dimajukan yang katanya dapat diterima pengemudian Negara Indonesia atas corak apa pun asalkan dicapai dengan jalan parlementer Sumber apapun tak dapat menyetujuinya karena parlemen kita sekarang belum lagi sebagi mana mestinya.
Jadi tegasnya Sumber tetap akan berjuang mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara sedang perjuangan mendasarkan Negara.. atas idiologi suatu partai dari pihak manapun datangnya tak mungkin dapat diterimanya oleh karena Pancasila adalah satu-satunya Dasar Negara yang menjamin keseimbangan dan kesesuaian (harmonis) bagi semua partai dan pihak yang bukan tergolong dalam suatu partai.
Memang dasar Indonesia umumnya kangen akan perubahan-perubahan, akan tetapi bagi Sumber sekali Pancasila sebagai Dasar Negara tetap Pancasila.
Posted by ucupneptune at 9:18 AM 0 comments
SOAL SUEZ (Terusan Suez)
Penting setelah tergulingnya kabinet Nahas Pasha dengan terjadinya kerusuhan di Kairo.Yang sanggup menarik perhatian adalah sebagai berikut: Pertama, bagi kabinet baru juga pengusiran tentara Inggris dari Suez adalah tetap suatu syarat mutlak. Kedua, diduga kabinet baru akan jalankan politik yang dimaksudkan untuk mencapai persetujuan dengan inggris. Ketiga, Amerika mungkin sekali akan campur tangan dalam pertikaian Inggris-Mesir.Keempat, umumnya kalangan yang selama ini menyokong Mesir dalam perjuangannya merasa heran sekali malahan di kalangan resmi di Iran memandang bubarnya kabinet Nahas Pasha sebagai suatu tanda bahwa Mesir bersikap mengalah terhadap tekanan Inggris di daerah Suez sedangkan sebaliknya lawan Mesir yakni Inggris menyambut bubarnya Kabinet Nahas Pasha dengan kegembiraan karena dipandangnya akan menimbulkan suasana baik untuk melanjutkan perundingan.
Kiranya macam pernyataan yang penting itu merupakan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk dapat memberikan analisa tentang penyelesaian soal Suez. Sudah terang penjelasan sebagaimana hasil setiap perundingan dalam mana kompromi karena pembubaran Kabinet Nahas Pasha oleh Raja Farouk kiranya dengan pendukung setianya untuk mencegah meledaknya peperangan sebagai jalan untuk mencari penyelesaian. Akan tetapi sekaligus juga merupakan paksaan terhadap rakyat Mesir untuk menyelesaikan soal Suez dengan perundingan.
Jadi sekarang soalnya adalah bagaimanakah kemungkinan kompromi mengenai soal Suez itu.perhitungan atas dasar pernyataan macam-macam tadi kiranya menunjukkan pada kita bahwa kompromi itu akan dapat tercapai bila pengawasan di Suez dilakukan oleh serdadu Mesir sendiri. Tetapi Badan Pengawasannya atau pejabatnya akan diterapkan bersifat Internasional. Artinya terdiri dari wakil-wakil negara-negara yang selama ini langsung berkepentingan di Suez dalam hal mana mungkin sekali Raja Farouk akan diterima memegang pucuk pimpinan umpamanya dengan nama Panglima Besar Suez akan tetapi dalam prakteknya sekedar merupakan lambang saja sedang pada senjata untuk pengawasan tersebut kiranya akan diserahkan kiranya merupakan suatu bantuan pada Mesir. Tegasnya bantuan dalam pengawasan pula.
Kira-kira demikianlah harapan kita mengenai kemungkinan kompromi sekitar sengketa Suez itu. Betul tidaknya masa yang akan datang yang akan membuktikannya.
Posted by ucupneptune at 9:17 AM 0 comments
GENCATAN SENJATA DI KOREA TERCAPAI ATAU TIDAK
Sampai kini rundingan genjatan senjata di Korea belum ada juga ketentuannya masih tetap ancam–mengancam tolak-menolak.
Pokok kesulitan sebenarnya ialah mengenai tuntutan PBB supaya pangkalan udara di Korea Utara dapat dikontrol pihak PBB tuntutan mana tegas tak dapat diterima pihak Korea Utara.
Sementara itu waktu belakangan ini dari pihak PBB kususnya Amerika semakin senter kedengaran suara-suara ancaman yang diulang-ulangi tapi sebaliknya dua hari belakangan ini dapat pula kita baca kemungkinan intruksi baru pada Ridgway untuk mencapai kompromi berita mana tersiar bertapaian dengan berita dari Korea bahwa pihak PBB di Panmunjom dengan jelas menunjukan bahwa mereka akan menerima baik suatu janji dari pihak Utara untuk tidak membuat lapangan terbang selama peletakan senjata berlangsung .Maka jika berita-berita terakhir ini betul dengan demikian timbulah lagi tendens mundur maju dalam rundingan korea ini.
Dan dapat pula kita tarik suatu kesimpulan bahwa ancaman yang berulang-ulang itu kadang-kadang justru digunakan untuk gertak sambal saja sehingga pihak lawan jadi takut, akan tetapi bisa juga ancaman itu kemudian hendak dipakai sebagai alasan untuk melakukan suatu tindakan dan jika maksud yang semula menghendakinya tak dapat tercapai dengan ancaman itu.
Dalam hal ini maka mungkin sekali juga apalagi dengan adanya berita mengenai instruksi baru pada Ridgway untuk mencapai kompromi bahwa maksud ancaman yang bertubi-tubi dari pihak PBB minggu belakangan ini adalah sekedar alasan nanti bagi pasukan PBB andai kata tercapai kompromi gencatan senjata dengan pencabutan tuntutan luasnya atas Pangkalan Udara Korea Utara untuk melakukan serangan kembali terhadap Korea Utara jika kemudian dilihatnya bahwa kompromi itu merugikan pihak PBB jadi hasil kesimpulan kita adalah bahwa tercapainya kompromi gencatan senjata di Korea atas kertas kiranya adalah soal waktu saja akan tetapi apakah kompromi itu nanti praktis dapat berlaku ataupun disebabkan kembali tentu tak dapat dijamin lebih dulu.
Sedang kemungkinan besar akan diadakannya perjanjian antara Jepang dengan Chiang Tyongkok nasionalis begitu pula semakin berbahayanya gerilya Jenderal Mi (pasukan Chiang) di pegunungan Birma Utara juga kirannya merupakan unsur-unsur dalam hal ini yang memaksakan RRT nanti harus menaruh kekuatan lebih besar dari pada soal Korea sehingga bertambah besar lagi kemungkinan akan tercapainya kompromi di Korea itu.
Posted by ucupneptune at 9:16 AM 0 comments
PEREBUTAN ANTARA AMERIKA DAN INGGRIS Di ASIA TENGGARA
Ada dua berita yang berhubungan satu sama lain yang belakangan ini kusus menarik perhatian yakni mengenai perebutan pengaruh antara Inggris – Amerika di Asia Tenggara sekitar timah Indonesia dan pernyataannya meneteri luar negeri Inggris bahwa politik Amerika dan Inggris pada pokoknya tak mungkin berlawanan dan dalam hubungan ini ditegaskan pula bahwa dalam waktu singkat pemerintah Inggris akan lakukan tindakan luas realisis dan drastis.
Bahwasanya Inggris–Amerika coba merebut pengaruh terutama dalam social ekonomi kiranya bukanlah sesuatu tersebut yang baru.
Perebutan itu bukan saja di Asia Tenggara mengenai timah Indonesia akan tetapi hampir diseluruh Dunia Amerika kini memang berusaha menciutkan perkembangan kekuasaan ekonomi dari Inggris .
Dan pernyataan Eden menteri luar negeri Inggris sebagai tertera diatas kiranya hanyalah suatu siasat politik yang tulus supaya persaingan antara Inggris dan Amerika dalam merebut pengaruh jadi jangan sampai meruncing dan memburuk dua negara tersebut.
Akan tetapi selaindari pada itu dalam hubungan tersiarnya berita-berita diatas maka bagi siapa yang teliti memperhatikan kiranya cukup menampakan bajangan sekitar kegagalan rundingan Churehdi Truman baru ini.
Betul telah diadakan perjanjian pertukaran dengan alumunium dan timah Inggris akan tetapi pada wujudnya Chureh II tidak berhenti menekan Truman supaya Amerika juga mengambil sikap lebih supel (lunak) terhadap RRT dengan maksud agar dalam konsekuensinya (akibatnya ) Inggris lebih leluasa jadinya dapat mengembangkan perdagangan antara Hongkong dengan RRT yang kini hendak sekali butuh akan barang-barang kapital (kapitaaligunderen) untuk pembangunan didalam negerinya dalam hal masa Inggris mengharapkan akan menerima emas dari RRT sebagai ganti barang-barang kapitalnya dan emas itu kemudian akan dapat digunakan untuk membayar utang Inggris pada Amerika .
Dan kiranya dalam hubungan kegagalan inilah Eden sampai merasa perlu untuk mengemukakan serta menegaskan bahwa Inggris dalam waktu singkat akan lakukan tindakan luas, drastis dan realistis hal mana berarti bahwa penghematan dalam rencana import Inggris belum dapat mengimbangi segala akibat dari pada kerugian yang diberikannya dengan adanya tekanan ekonomi yang hebat dari Amerika di daerah yang perekonomiannya tadinya hampir bulat dikuasai oleh Inggris.
Posted by ucupneptune at 9:15 AM 0 comments
PROGRAM PEMBANGUNAN (history of Indonesia)
Dalam Renungan kemaren telah ditegaskan bahwa sebab memuncaknya ketegangan yang tak tertahan serta berbahaya itu maka seharusnyalah kabinet Sukiman – Suwiryo dibubarkan. Dengan pernyataan kedua saja sudah barang tentu soalnya belumlah selesai akan tetapi jika kabinet Sukiman–Suwiryo dibubarkan seharusnyalah dibentuk suatu kabinet yang mempunyai kesanggupan untuk mengatasi ketegangan yang sangat berbahaya sekarang ini .
Berhubung dengan ini dengan sendirinya akan timbul pertanyaan apakah bias dibentuk kabinet seperti yang dimaksud diatas ini kami jawab tentu saja bias.
Syarat terpenting untuk pembentukan kabinet semacam ini ialah pertama kabinet itu seharusnyalah merupakan cermin daripada aliran-aliran di parlemen.
Kedua suatu program pembanggunan yang tegas serta dapat dilaksanakan dalam jangka pendek program manaharuslah mengutamakan usaha yang dijuruskan untuk pembubaran KMB dengan tindakan-tindakan yang nyata sehingga rencana pembangunan dapat berjalan lebih lancar.
Perhatikan kami bukan anjurkan pembubaran KMB sekaligus sekali-kali tidak akan, tetapi sekali lagi tindak aksi-aksi nyata kearah pembubaran KMB haruslah dilakukan sesuai dengan proses jadi Pemerintah dalam tindakannya janganlah ketinggalan dari proses yang kini sedang berjalan menuju bubarnya kabinet KMB itu.
Suatu program pembangunan yang berpokok pada tindakan yang nyata kearah bubarnya KMB pastilah kiranya dapat menarik perhatian segala pihak sekalipun pihak komunis.
Apalagi dengan demikian jurang antara golongan komunis Indonesia akhirnya yang oleh sesuatu pihak dituduh “anjing dari Soviet” dengan golongan kanan yang oleh pihak lain dicap “kaki tangan Amerika” lama-lama akan dapat bertaut kembali sehingga akhirnya akan lebih mudahlah untuk mengerahkan tenaga yang ada pada kita dalam saluran-saluran yang kesemuanya menuju pada pembangunan nusa dan bangsa kita.
Jadi jalan sebagai tersebut yang dapat dilakukan asal ada secukupnya “good will” (saling pengertian) serta kemauan bulat pasti masih dapat dilakukan dan sekali-kali belum lagi terlambat untuk mengatasi ketegangan keadaan dewasa ini.
Tinggal soalnya sekarang apakah Sukarno-Hatta sebagai Bapak Negara dan pihaknya masing-masing juga dengan jujur insaf akan duduknya perkara dari apakah mereka bersedia pula mengambil pelaksanaannya lah yang ditunjuk sebagai tersebut diatas.
Pendeknya sekalipun Sukarno-Hatta seribu kali berunding di Istana Merdeka dengan para menteri dan Panglima Angkatan Perang maka rundingan semacam ini tetap akan tinggal begitu saja jika keinsafan secara jujur akan duduknya perkara tidak ada dan keinsafaan itu tidak ditunaikan dalam tindakan yang nyata pula.
Posted by ucupneptune at 9:10 AM 0 comments
PUISI CINTA ORANG ACCOUNTING
Wahai belahan jiwaku...
Debetlah cintaku di neraca hatimu
Kan ku jurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal Laporan Keuanganku
Wahai kekasih hatiku...
Jadikan aku manager investasi cintamu
Kan ku hedging kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran portofolio hatiku
Bila masa jatuh tempo tlah tiba
Jangan kau retur kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di Reksadana asmara
Berkelana di antara Aktiva dan Passiva
Wahai mutiara kalbu ku
Hanya kau lah Master Budget hatiku
Inventory cintaku yang syahdu
General Ledger ku yang tak lekang ditelan waktu
Wahai bidadariku.
Rekonsiliasikanlah hatiku dan hatimu
Seimbangkanlah neraca saldo kita
Yang membalut laporan laba rugi kita
Dan cerahkanlah laporan arus kas kita selamanya.
oleh: "fitri puspitasari"
Posted by ucupneptune at 8:37 AM 0 comments
"DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD"
Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya
mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi juga
sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Mohammad
Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunah itu bisa membebaskan
seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker. Tidak percaya?
Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. "Jika anda melakukannya secara
rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi dan
kanker". Ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan 'tukang obat' jalanan. Dia
melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul 'Pengaruh
Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh
Imonologik: "Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi" Dengan desertasi itu,
Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada
Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa
pekan lalu. Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan
ibadah salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara
kontinu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu
menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin
M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta
dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang
dihadapi (coping).
Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status
sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada
sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.
Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan
mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan
tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai
misteri,dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon
kortisol. Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya
antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00
normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya
normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu
sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah
paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau
doktrin.
Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41
responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah,
Surabaya.Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan
sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa
yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul
02-00-3:30! sebanyak 11* rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam
plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga
laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika). Hasilnya,ditemukan
bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda
dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas
bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk
menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. "Jadi sholat
tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan
psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi.
Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang
efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress,"Nah,
menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit
kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan
disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki
respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit
infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan,
sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai
ketahanan tubuh yang baik.
Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua
rahasia atas rahmat, nikmat,anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya.
Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita??????? Seorang Doktor
di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya
di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga
tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang Doktor
Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam
dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan
Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan
obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di
antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor
tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat
beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.
Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk
berfungsi secara yang lebih normal. Setelah membuat kajian yang memakan
waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf
di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang
yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat
tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut
mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang diwajibkan oleh Islam.
Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan
sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupn! ya untuk
berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya
adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah
kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah
ini.
Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang
apalagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara
normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang
pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak
heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka
mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan
kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih
normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial
masyarakat saat ini.
oleh: "fitri puspitasari"
Posted by ucupneptune at 8:36 AM 0 comments
Sunday, November 25, 2007
from: http://www.crimedoctor.com/autotheft1.htm
Auto Theft Facts
Car Theft Prevention Advice
Auto theft is an estimated $7.5 billion business and continues to grow despite a declining theft rate across the USA, according to the FBI. The auto theft rate dropped about 8.4% in 1998, but the value of those cars stolen increased by 11% or $200 million dollars
Auto Theft Frequency
According to the 1996 FBI Uniform Crime Reports, an auto theft occurred every 23 seconds in the United States with nearly 1.4 million vehicles stolen. Auto theft frequency varied according to region, with the Southern States losing 35%, the Western States 28%, the Midwestern States 20%, and the Northeastern States with a 17% auto theft rate. Vehicle thefts rates do not vary drastically from month-to-month, however, January and July seem to have slightly higher crime rates. The lowest percentage of auto thefts occurs in February and April, probably because of fewer days in the month. See the list of Top 25 Stolen Cars in 1997-1999 on this web site.
Auto Theft Rates
Auto theft is largely a big-city crime. See the Top 10 Auto Theft Cities. In 1996, metropolitan areas experienced a vehicle theft rate of 1,223 per 100,000 population compared to a national rate of 526 per capita. Small cities, with less than 10,000 inhabitants, reported a car theft rate of 247 per 100,000 population and rural counties had a rate of only 126 per capita. Obviously, population density makes a difference in the auto theft rate, but the urban reality is that more cars are parked on the street or in open parking lots than in secured personal garages in suburban and rural settings. Also, the urban crush of cars makes it very difficult for the police to identify a recently stolen car from among the thousands of similar looking vehicles in traffic. The police will admit to getting lucky sometimes by recovering a recently stolen car because of a tail-light being out or when the car thief commits a minor traffic violation like speeding or failing to stop at a stop sign.
Auto Theft is Big Business
There are some large organized groups of car thieves that seemingly fill orders for a contract buyer. Some cars are stolen for shipment out of the country, especially to Mexico. Less inspired car thieves often steal cars as a lark or on a dare to joy ride. Some intend to personally drive or sell the stolen car to an associate after disguising the vehicle with new paint, plates, and wheels. Worst yet, your car may be used to commit another crime like an armed robbery or be used for a drive-by shooting. Your stolen car could be involved in a hit and run accident, with injuries, leaving you to explain your alibi and prove that you didn't cause the incident and then filed a false auto theft report to cover it up. Another form of violent vehicle theft is carjacking. See the article on carjacking on this web site.
It's About the Parts
An experienced car thief can steal your car in less than a minute. Many crude thieves simply smash the drivers’ window. Most cars are seemingly stolen for the value of their parts. Some of the most frequently stolen cars were also the most frequently sold cars a few years earlier, leading one to believe that they are being stolen for parts. See the article on the Top 25 Stolen Cars on this web site. According to insurance companies, a $20,000 stolen vehicle can be stripped and sold into $30,000 worth of parts inventory to unscrupulous scrap and auto-body shops. Stolen cars, vans, trucks, and motorcycles cause economic hardship for victims and increase everyone's insurance premiums. The estimated value of motor vehicles stolen nationwide in 1996 was nearly 7.5 billion dollars. Automobiles accounted for 78.3% of the stolen vehicles, 16.5% for trucks and buses, and 5.2% for motorcycles and all others.
Hot Auto Theft Locations
Motor vehicles are stolen from shopping malls, streets, driveways, parking lots, garages, and car dealerships. Automobile theft seems to occur with greater frequency where large groups of cars are parked together for extended periods like at airports, shopping centers, colleges, sporting events, fairgrounds, movie complexes, and large apartment complexes. High-rise and subterranean parking structures seem to have a lower auto theft rate, probably due to a reduced number of escape routes and the possibility of being trapped from above or below ground level. Fee parking lots also experience fewer stolen cars because of having to pass a ticket taker, a pay booth, and sometimes a video camera to enter and exit. Pay booth staff should be trained to inspect and record positive ID (photo drivers’ license, vehicle license number, etc.) from anyone claiming to have lost their parking ticket and attempting to exit the parking lot in a vehicle.
Valet parking seems to be the safest place to temporarily park your car both for the car and yourself. Women traveling alone should take advantage of valet parking at hotels, airports, and special events to avoid making the trek into the parking lot alone, especially at night. As an additional precaution, give only the ignition key to valet attendants and secure any personal documents like your drivers’ license, car registration, and insurance cards that might contain your home address. With enough ID a sophisticated car theft can impersonate you and actually trade or sell your vehicle claiming that they lost the vehicle title papers. The only common risk to valet parking is how safely the parking contractor secures and labels your car key while in their care. Keys should coded for security and be stored in a lock cabinet or drawer and under constant supervision.
Hot Times for Theft
Auto theft occurs at different times of the day, depending on the setting. Car thefts at shopping centers occur mostly during business hours when vehicles are sometimes left unattended for hours. For the auto thief, regional shopping centers are like a smorgasbord, with lots of choices of vehicle models/makes/colors and with a constantly changing inventory. Shopping center employee vehicles are especially at risk because of the length of time the car is exposed and the typical mall policy of requiring retail employees to park in a cluster at the perimeter of the lot. Another example is large apartment complexes that experience more vehicle thefts during the night after residents return home from work and settle in for the evening.
Car Thief Arrest Rates
Law enforcement, admittedly, has been ineffective in preventing auto theft. In 1996, the nationwide auto theft clearance rate was a dismal 14%. More auto crimes are cleared in rural areas, 32%, when compared to big city police departments who only cleared 13% of vehicle thefts. Part of the problem is that auto thefts are not reported sometimes for hours or days after the crime occurred. There are usually no suspects, descriptions, eyewitnesses, or other helpful leads to investigate. If the stolen vehicles are not recovered within a few days the chances are slim that your vehicle will be found intact, if at all.
In 1996, an estimated 175,400 were arrested in the United States for auto theft. Young males were responsible for 86% of the vehicle thefts. Of those arrested for auto theft, 59% were under 21 years of age, with 42% of those being under 18 years old. Curfew laws have had some minor impact on late night auto thefts in some areas. Shopping center security patrols try to be highly visible and watch for young males who appear to be scanning the parking lot for a vehicle to steal. Parking lots try to limit easy escape routes and limit barriers that reduce visibility.
A few common sense steps can help you reduce becoming a victim of auto theft:
- Never leave your car running and unattended, even to dash into a business
- Never leave your keys in the car or ignition, even inside a locked garage
- Always roll up your windows and lock the car, even if it is in front of your home
- Never leave valuables in plain view, even if your car is locked. Put them in the trunk out of sight.
- Always park in a high-traffic, well-lighted area, if possible
- Install a mechanical device that locks to the steering wheel, column, or brake pedal to prevent the wheel from being turned more than a few degrees. Commonly called clubs, collars, or J-bars, these devices can act as a highly visible physical deterrent if installed properly
- Investigate the purchase of an auto alarm system if you live in a high-theft area or drive a theft-prone vehicle. Display an alarm decal near the door handle.
- If you park in a fee garage, take the pay-ticket with you. It's the thief's ticket out of the garage, too.
- If you use valet parking, leave just the ignition key with the attendant. Make sure no identifying information is attached to the key. Do the same when you take your car for repairs
- Carry your drivers’ license, registration, and insurance card with you. Don't leave personal identification documents or credit cards in your vehicle
- Copy your license plate and vehicle identification (VIN) numbers on a card and keep them on you with your driver's license. If your vehicle is stolen, police will need this information promptly.
Auto Theft Prevention Advice
Posted by ucupneptune at 9:37 PM 0 comments
from: http://www.magportal.com/
What Business Execs Don’t Know -- but Should -- About Nonprofits
Business leaders play vital roles in the nonprofit sector – as board members, donors, partners, and even executives. Yet all too often they underestimate the unique challenges of managing nonprofit organizations. In this article, 11 executives who have played leadership roles in both for-profits and nonprofits reveal the critical differences between the two, and suggest ways that business and nonprofit leaders can use this information to create a more effective social sector.
Ask William Novelli, the CEO of AARP,
if business executives underestimate the
complexities of running a nonprofit
organization, and his head starts nodding. The
former Unilever marketer built Porter Novelli
into a public relations powerhouse before
embarking on his current career. Twelve years
deep into the nonprofit sector, Novelli can attest
that navigating Washington, D.C.’s land mines
while running his sprawling $800 million operation
is hardly the laid-back retirement farm
that many businesspeople imagine.
Too many business CEOs just don’t get it,
says Novelli. “It goes beyond underappreciated.
CEOs are often disdainful of not-for-profit management.
They think it’s undisciplined, non-quantified.â€
But in fact, “it’s harder to succeed in
the nonprofit world.†For starters, nonprofits’
goals are both more complex and more intangible.
“It may be hard to compete in the field of
consumer packaged goods or electronics or high
finance,†he says, “but it’s harder to achieve goals
in the nonprofit world because these goals tend
to be behavioral. If you set out to do something
about breast cancer in this country, or about
Social Security solvency, it’s a hell of a lot harder
to pull that off.†And “it’s also harder to measure,â€
he adds.
It’s not always easy to persuade business
leaders of what Novelli knows in his bones to be
true. Yet our experience at McKinsey & Company
advising hundreds of nonprofits in recent years suggests that it must be done. Business executives need to understand the leadership challenges faced by their
nonprofit counterparts if they are to cross the border
between the two worlds gracefully. And nonprofit leaders,
for their part, need to have a firm grasp of these
issues so that they can help the business leaders they
work with be more effective.
The gap in understanding between the two worlds has
wide repercussions. Too many business leaders take their
nonprofit board membership less seriously than they do
their corporate board membership. Too many donors
only half heartedly use their financial clout. Too many
cross-sector partnerships fail because business leaders
can’t accommodate the nonprofit sector’s different culture
and demands. And too many well-meaning businesspeople
who move into nonprofit leadership roles end up frustrated
and ineffective because they don’t fully appreciate
how uniquely hard their jobs will be. These underestimations
of what it takes to lead nonprofits not only erode
individual organizations’ effectiveness, but also hurt the
nonprofit sector’s overall performance.
For these reasons and more, leaders who have served
in both sectors agree that top business executives need to
better understand what makes the nonprofit world tick.
Says Robert Higgins, who ran the Robert Sterling Clark,
John A. Hartford, and Florence V. Burden foundations
before co-founding the venture capital firm Highland
Capital Partners, “The nonprofit sector is such a big part
of the economy that you almost cannot let someone run
a company who doesn’t appreciate [it].â€
To find out what exactly business executives don’t
understand about nonprofit leadership, we conducted a
virtual conversation among 11 nonprofit executives who
have also held senior positions in the for-profit world – that
is, crossover leaders. Although some of our interviewees
noted that the gap in understanding between nonprofit
and for-profit leaders is narrowing, on the whole they
agreed that most business leaders sorely underestimate
how tough nonprofit leadership can be.
Our interviewees identified five challenges that most
business leaders fail to appreciate. First, nonprofit CEOs
wield less authority and control than their for-profit counterparts.
At the same time, they must answer to a wider
range of stakeholders. Nonprofits also lack straightforward
performance measures – there are no analogs to profit in
social change – and yet they are under greater scrutiny
from politicians and the press. Finally, compared to the corporate
world, the nonprofit sector is underfunded, understaffed,
under-resourced, and undertrained. Below we
discuss each of the five commonly underappreciated
challenges of nonprofit leadership, as well as how our
crossover leaders deal with them.
Little Control or Respect
For business executives who are used to being the boss, the
nonprofit setting harbors a rude awakening. “In the world
of nonprofits, deference to the CEO is rare,†says Reynold
Levy, president of Lincoln Center for the Performing Arts
and a former AT&T executive. “You really need to earn
that respect. It doesn’t come by virtue of your title.â€
Philip Lader, chairman of the communications services
firm WPP Group and former White House deputy chief
of staff, says the lack of respect can be exasperating to
those who don’t understand the sector. “When I was a college
president,†Lader says, “I sought to initiate curriculum
reform, establish certain cultural requirements, and
apply for admission to the NCAA, all of which required
faculty consent. Contrary to a corporate setting, I would
stand before the faculty senate and plead for their support.
Yet the board and media would ascribe to me the credit
or blame for the institution’s progress.
“It reminds me of what someone said life as an ambassador
is like,†adds Lader, who also served as U.S. ambassador
to the United Kingdom from 1997 to 2001. “There
you are at the helm of the great ship, with everyone scurrying
about. Only after about four months of steering the
wheel do you realize that it is not connected to the rudder.
Everyone is saluting you and saying ‘aye aye,’ [and
then] they go below to steer the ship themselves. In many
nonprofits, that genuinely is the case.â€
“I’ve seen some people try to move over to the nonprofit
sector from the private sector,†says Richard Schlosberg,
who was CEO and publisher of the Los Angeles
Times before serving five years as president of the David
and Lucile Packard Foundation. “Their time frame, their
command-and-control orientation, and their view of the
employee/employer relationship just don’t translate as easily.
It’s like they don’t quite get it.â€
So Many Stakeholders! So Much Consensus Building!
Nonprofit leaders generally have less authority than their for-profit counterparts partly because they have to honor the disparate concerns of many more groups, each with
a legitimate stake in the organization’s mission and activities.
This diversity starts with the board of directors.
“In most for-profit organizations,†explains Higgins,
“people arrive with common goals. The board of directors
may have different viewpoints, but shareholder value
as a fundamental goal is something shared by the board,
by the CEO, and by senior management. You start off differently
in the not-for-profit world, with each board member
arriving with a different set of goals and often different
agendas. To manage that as a CEO is much more
complex.â€
“You have to have a much more consultative, inclusive
decision-making style,†adds Peter Goldmark, who was
president of the Rockefeller Foundation for nine years in
between publishing stints at the Times Mirror Company
and the International Herald Tribune. He now directs the
Climate and Air program at Environmental Defense.
Asked to comment on the implications of having to
work with so many different stakeholders, Novelli rattles
off a few: “Eternal consensus building, slow decision
making, slow to act.†When he first took the helm of
AARP, Novelli brought in a business school professor to
help him think about the organization’s processes. “Around
here it’s ready, aim, aim, aim,†the consultant told him.
“There’s nothing wrong with consensus building,â€
Novelli is quick to add. “It’s just that it shouldn’t be 100
percent consensus. It’s not like the mailroom guy has to
weigh in. There has to be an end to it.â€
Schlosberg has seen this dynamic at work. “In the
for-profit sector you often had to make decisions with
incomplete information. In the foundation world, the
time it took to make decisions was uncomfortably long
at first.â€
“You have to lead by consensus and by influence as
opposed to by pure management,†explains David Chernow
of JA Worldwide (Junior Achievement). Chernow,
who ran numerous for-profit cancer treatment centers and
practices before leading JA Worldwide, says
this lesson was seared into him when Junior
Achievement merged its international and U.S.
operations. “You can’t just come in here and
wield a stick and make things happen.â€
Harold Williams, who was chairman and
CEO of business conglomerate Norton Simon
before becoming dean of UCLA Anderson
School of Management, chairman of the Securities
and Exchange Commission, and founding
CEO of J. Paul Getty Trust, counsels
crossover executives to be clear-eyed about
how their authority will change. “You will have little
opportunity to lead by making decisions,†Williams says.
“You’ll have the power of the budget to some extent, but
if you have a vision or you want to make any changes,
you’re going to do it by leadership and by inspiration and
not by direction. You’ve got to be a Pied Piper.â€
The Elusive Art of Nonprofit Measurement
Measuring performance in nonprofits is notoriously difficult.
“You don’t have a simple financial metric that is
really central,†says Goldmark. “You are dealing with
more squishy and intangible issues of social change or public
attitudes and behavior.†In spite of the challenge, our
crossover leaders agreed that it is important to develop
meaningful metrics, however imperfect.
“The lack of having a bottom line is truly underappreciated,â€
explains Schlosberg, “as is its importance in
enabling an organization to have focus and come together.
It becomes much more of a challenge to evaluate not only
the organization, but individuals and their performance
as well.â€
“How do you do this in artistic organizations?†asks
Levy. “My director of festivals will say, ‘I want every festival
I do to be the best, better than the year before.’
‘Well,’ I say, ‘what do you mean by that?’ Translating a better
festival into results that are measurable and that you
can gauge over time is a major effort in an artistic organization
and in most nonprofits.â€
Most crossover leaders agree that the drive to measure
performance often goes against the nonprofit grain.
“Bringing that tough-minded, analytical decision-making
process is difficult given the cultural differences,†says Judy
Vredenburgh, a former fashion executive who spent six
years as senior vice president of the March of Dimes, and
another five and a half years as CEO of Big Brothers Big
Sisters. In her for-profit life, Vredenburgh was almost
obsessively focused on speed and results, but she found
the nonprofit world was decidedly not. “I remember not achieving a number that I said I would achieve early on,†she recalls, “and I thought, ‘Oh my goodness!’ But no one
even noticed.â€
Catherine Meloy, who was a senior executive at
Clear Channel Communications before taking over the
Washington, D.C., region of Goodwill Industries, found
that even bringing what she felt were basic budget practices
to Goodwill involved true culture shock. “I said,
‘Let’s benchmark.’ It became a joke. People said: ‘Does
she have to question everything? Doesn’t she trust what
we’re doing?’â€
Communications in a Fishbowl
Communication is central to effective leadership
in any setting, but our crossover leaders say it is
much more so in nonprofit organizations. “It’s
extraordinarily more important in nonprofits as
a means of influencing and motivating,†says
Vredenburgh. “In the end, the CEO of a nonprofit
has to be the external communicator and
external relationship builder, and that means
he or she has to be the chief fundraiser. In a for-profit,
you have investor relations – but it’s on
the side. It’s not a core function.â€
A related challenge – one that trips up even
seasoned for-profit leaders – is the public and the
press’s unblinking scrutiny of nonprofits. A few
regulated for-profit industries, such as healthcare, may
understand what it feels like in the fishbowl. But in general,
“people in the for-profit world don’t really think of
themselves as operating in the public view,†says Richard
Leone, who ran the New York Mercantile Exchange and
the investment bank Dillon, Read & Company before taking
the helm at the Century Foundation. “People in the
nonprofit world tend to deal with that much more than
people in the for-profit world because they tend to have
broader constituencies. They have to fundraise, they have
a community they’re trying to serve, and they have the
kind of goals that get spelled out in public ways.â€
Novelli agrees. “Many for-profit CEOs and high-level
executives don’t understand politics. Politics is almost
always present in not-for-profit worlds. You’re essentially
using advocacy as one of your tools.â€
Doing More With Less
Our crossover leaders all agreed that the nonprofit sector’s
funding shortages and lack of training make building
strong organizations especially hard. “For-profit executives
don’t understand how difficult our jobs are,†says
Vredenburgh. “Every time we in nonprofits satisfy customers,
we drain resources, and every time for-profits satisfy
a customer, they get resources back. That sounds very
simple, but it has huge implications, and I don’t think the
for-profit people really get that.â€
“They’re [nonprofits] difficult to run,†adds Williams,
“in part because they are more hand-to-mouth, and
because the quality and amount of staff is thinner than
it is in a typical corporate environment. In many respects
the typical nonprofit leader is much more entrepreneurial
than the typical chief executive in the corporate world.
You have fewer resources, fewer staff, and less certainty.
“Many of the managers of nonprofits have come up
what I call ‘the substantive side,’ without management
training,†says Williams. “It really limits the ability of
people in the nonprofit sector to scale up. It also contributes
to the tendency of the for-profit people on boards
to say, ‘This guy doesn’t know what he’s doing.’â€
“I had to become more of a teacher than I had been
before,†says Schlosberg of his foundation stint. “I spent
a lot of time blocking and tackling. I put a management
committee together, upgraded human resources, got a
planner in here, named a chief financial officer.â€
Schlosberg, who also observed many smaller nonprofits
from his perch at the Packard Foundation, came
away convinced that “in the nonprofit sector there’s
much more reliance on the leader, and less developed
teams and talent underneath. I see undercapacity all over
the nonprofit sector.†Many good managers in the nonprofit
sector would agree on the need for capacity building,
but simply can’t get donors to support it. “In the for-profit
business,†says Chernow, “you spend an enormous
amount of money on that training. Here, if we went out
to corporations and foundations to give us money to
develop capacity in our organization and to build leadership,
it’s not as readily accepted. It’s hard to get that kind
of investment.â€
Beyond training a management team, even hiring the
right people is harder in nonprofits. Salaries in the nonprofit
sector are typically not competitive with those in the commercial
sector, yet the need for management talent is just
as great. “I come from a Wall Street environment where
if you really wanted somebody you just threw a huge
amount of money on the table,†says Leone. “The nonprofit
world is obviously different.†Intense donor pressure
to keep administrative overhead low further hobbles many
organizations’ ability to hire good management.
Despite all their drawbacks, nonprofits have one clear
advantage when it comes to attracting and retaining staff: their inspiring missions. “The missions are so powerful
that you can attract really good people,†says Novelli.
“There was a guy from Levi Strauss who said, ‘I don’t want
it to say on my tombstone that I shipped a million pair
of jeans.’ That’s powerful.â€
How to Be a Better Crossover Leader
Whether serving as nonprofit board members, donors,
partners, or executives, business leaders can play their nonprofit
roles better by understanding the differences
between nonprofit and for-profit organizations. Below, we
suggest how both business and nonprofit leaders can
help one another excel.
Board members. Too often, business executives who
sit on nonprofit boards don’t take their role as seriously
as they do their corporate board role. Many consider it
a hobby or a “do-good†contribution, rather than a real
responsibility, and so they don’t invest enough time or
energy into understanding the organization. “When it
comes to a nonprofit board,†says Vredenburgh, echoing
the sentiment of many in our group, “the sophisticated,
smart, for-profit people sometimes leave their
heads at the door.â€
On the performance side, many for-profit executives
on nonprofit boards come to understand that measuring
social change is challenging and costly. But rather
than developing performance measures that are both
meaningful and doable, they often throw in the towel
on measurement, deeming it nearly impossible. Or they
simply focus on keeping administrative costs low without
a careful consideration of what is needed to ensure
program quality and impact. As a result, they too often
wind up starving nonprofits of much-needed managers,
even though they would never consider running their
own businesses without, say, a COO just to keep overhead
low.
Instead of abandoning performance measurement,
Levy suggests that board members spend more time
applying for-profit pragmatism and creativity to the
problem of nonprofit performance measurement. For
their part, nonprofit leaders must help business leaders
recognize that nonprofits also need to invest in management
and capacity, instead of minimizing administrative
costs.
Board members from the business sector are often
impatient with the pace of change at nonprofits because
they underestimate how long it takes to build consensus
among the many stakeholders. To counter this, nonprofit
CEOs should be clear – and unapologetic – about
the need to consult with board members, staff (and not
just the senior team), important donors, and sometimes
partners and policymakers before making major changes
in how the organization operates. Instead of being
bogged down by frustration, for-profit board members
should offer to participate in discussions with other
board members, donors, and staff. By helping with
some of the political heavy lifting, business leaders can
accelerate the pace of change.
Donors. Many donors fail to use their considerable
influence to push for better performance at the nonprofits
that they fund. Or when they do demand results,
they focus on the wrong metrics, such as low administrative
overhead, which only hinders the building of a
strong organization. To counteract this, nonprofit
leaders can teach donors about useful,
even if imperfect, measures of impact. As for
overhead, nonprofits must inform donors that
an organization’s programs are only as good
as its management, and that they should be
willing to fund administrative overhead.
Some donors advocate for their pet programs,
or insist that the organization take on
activities peripheral to the current focus, leaving
nonprofits unable to direct their resources
to the highest impact activities. Donors should
make sure that they are not distracting the
organization from its primary mission. Meanwhile,
nonprofit leaders should push back on
their donors – difficult as that might be –
rather than venturing off-mission.
Donors often demand a tremendous
amount of attention from the executive director, in some cases seeing it as a return for their generous gift. Donors should understand that the executive
director is juggling many stakeholders, and so should
minimize their demands on the executive director’s
time.
Partners. Corporate partners often don’t realize that
nonprofits lack management, marketing, and communications
expertise and personnel. Because funding is
often restricted to programs and services, nonprofits simply
lack the resources to develop these capacities. Unfortunately,
these are precisely the areas often needed for
corporate partnerships. Or when nonprofits do have
the personnel, they are usually stretched thin from running
day-to-day operations. These people can’t free
themselves up quickly to work on a corporate partnership
without leaving the organization dangerously undermanaged.
As a result, corporate partners often grow impatient
with nonprofits’ inability to meet their commitments,
and walk away from the partnership. Instead of
giving up, or complaining about the nonprofit’s lack of
capacity or sophistication, business partners should
invest their time and resources into helping the nonprofit
build capacity. Although not all corporate partners will
be persuaded to do this, our experience suggests that if
nonprofits are clear about their management limitations,
some business leaders will be responsive.
Executives. All too frequently, for-profit executives who
venture into nonprofit leadership expect to implement
big changes as quickly as they did in the for-profit world.
They often fail to consult with key stakeholders before
making important decisions. They don’t give the organization
time to get to know and trust them. And they
don’t take the time to get to know the organization’s culture,
informal power structures, and ways of working.
As a result, their big plans are often rejected
by the staff and board, and the executives
end up quitting in exasperation.
The remedy to this problem may be
obvious, but that doesn’t mean it is easy to
implement. Nonprofit neophytes need to
get to know the organization before
proposing any changes. They need to take
the time to talk with all stakeholders about
any new ideas before suggesting them.
And they should avoid unilateral decisions,
and instead should involve their board,
staff, and stakeholders as appropriate. (For
more thoughts from our crossover leaders
on transitions, see “Crossing Over†on p.
40.) Their new nonprofit colleagues should
alert the new boss to these needs and help
him or her make the necessary time and contacts.
Building Bridges
Two messages linger from our conversations with
crossover leaders. They agree that nonprofit work has been
the most challenging and rewarding of their careers. And
they emphasize that everyone has a stake in creating a
high-performing nonprofit sector, because the solution of
so many of society’s problems depends on it.
“These misunderstandings matter,†says Leone. “The
business side’s failure to understand the complexity,
nuance, and criteria for judging success on the nonprofit
side has tremendous effects, both on fundraising
[and on people’s] understanding of how we’re going to
address certain problems effectively.†That is why it is
important for business and nonprofit leaders alike to
engage in frank discussions about the differences between
the two sectors and how executives can overcome them.
“The true measure of making all this work,†concludes
Novelli, “is to get the talent flowing in both directions.
Make not-for-profit managers better so that they
can be accepted on the other side of the bridge. And
make for-profit people more understanding so they see
the value of people from the not-for-profit sector. Not
just value them because they know they can run a piece
of business, but value them because they understand missions,
they understand social change, and they understand
social values.â€
LES SILVERMAN and LYNN TALIENTO were co-founders of McKinsey & Company’s Global Nonprofit Practice in 2000. Silverman led the practice until his
retirement from McKinsey in 2004. He is now an adjunct lecturer at Georgetown
University’s McDonough School of Business and also serves several nonprofit and
for-profit organizations as a board member and strategic adviser. Taliento is a
partner in McKinsey’s Washington, D.C., office, where she co-leads the Global
Nonprofit Practice.
Posted by ucupneptune at 8:29 PM 0 comments
WANT TO HELP US?
Click
1
Blog Archive
-
►
2019
(1)
- ► 06/02 - 06/09 (1)
-
►
2012
(3)
- ► 08/26 - 09/02 (3)
-
►
2011
(1)
- ► 12/25 - 01/01 (1)
-
►
2009
(1)
- ► 09/20 - 09/27 (1)
-
►
2008
(72)
- ► 11/16 - 11/23 (1)
- ► 09/07 - 09/14 (1)
- ► 08/31 - 09/07 (1)
- ► 06/29 - 07/06 (1)
- ► 05/04 - 05/11 (2)
- ► 04/27 - 05/04 (1)
- ► 04/20 - 04/27 (8)
- ► 04/13 - 04/20 (1)
- ► 03/16 - 03/23 (1)
- ► 03/09 - 03/16 (1)
- ► 01/20 - 01/27 (31)
- ► 01/06 - 01/13 (23)
-
▼
2007
(91)
-
▼
12/16 - 12/23
(23)
- Belajar Matematika lagi yuuuuk....
- Bantahan atas "Wasiat Palsu Syekh Ahmad"
- BERAPA LAMA KITA DIKUBUR ?
- make a wish......
- SURAT DARI SETAN UNTUK MU
- i'm sad, i'm so sad
- hari ulang tahun
- KEPEMIMPINAN YANG BERLANDASKAN KECERDASAN ADVERSIT...
- Kembali Kepada Allah
- Beri waktu untuk yang Shalat
- Forex? What is it, anyway?The marketThe currency t...
- MASYUMI KONTRA PNI
- LEPASKAN POLITIK BEBAS ASAL TERIMA IRIAN
- IRIAN DAN MSA
- KEGELISAHAN SEKITAR POLITIK BEBAS
- BAHAYA KEGELISAHAN DAERAH
- NATSIR – NEGARA ATAS DASAR ISLAM – KEAMANAN
- SOAL SUEZ (Terusan Suez)
- GENCATAN SENJATA DI KOREA TERCAPAI ATAU TIDAK
- PEREBUTAN ANTARA AMERIKA DAN INGGRIS Di ASIA TENGGARA
- PROGRAM PEMBANGUNAN (history of Indonesia)
- PUISI CINTA ORANG ACCOUNTING
- "DAMPAK MEDIS SHALAT TAHAJJUD"
- ► 11/18 - 11/25 (58)
- ► 11/11 - 11/18 (7)
-
▼
12/16 - 12/23
(23)
About Me
- ucupneptune
- Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia
- add comment: send to ucupneptune@gmail.com want to put your banner in this blog? just for $5 you can put your banner for 1 month in this site. contact me: marcopolo1marco@gmail.com