Waktu belakangan ini banyak terdengar suara –suara kegelisahan sekitar politik bebas berhubungan dengan bantuan MSA (Mutual Security Agency) mengenai hal ini Mentri Penerangan sendiri berulang ulang telah kemukakan sangkalannya bahwa Indonesia tak ada menanda tangani MSA begitu juga keterangan dari Abu Hanifah selaku Penasehat Kementerian Luar Negeri dalam hal mana memang diakui adanya penukaran surat antara pemerintah dengan Amerika mengenai MSA itu.
Benar tidaknya Indonesia telah menerima bantuan MSA ini kiranya kewajiban Parlemen untuk segera mengembalikanya dan sudah selayaknya hal itu harus dipertanggung jawabkan oleh Parlemen kepada rakyat, oleh Subardjo sendiri selaku Menteri Luar Negeri yang dapat tuduhan telah menerima bantuan itu.
Tinggal sementara itu suatu hal yang aneh sekali ialah bahwa Subardjo sendiri sampai sekarang masih bunkam mengenai hal tersebut. Sedang dalam hubungan tuduhan tentang tindak tanduk Subardjo pro Amerika ini kiranya kita masih teringat pula pada wartawan surat kabar Rakyat di medan yang kini meringkuk dalam tahanan karena tuduhannya terhadap Subardjo yang telah jual Indonesia.kepada Amerika dengan ditanda tanganinya perjanjian Frisco.
Dan sekarang terlepas dari benar tidaknya bantuan MSA itu pada Indonesia kiranya yang pasti benar membahayakan politik bebas, ialah bahwa tegangnya keadaan memang merupakan suatau proses kearah penghapusan yang terpaksa dari politik bebas itu.
Jika bikin ribut sekitar MSA itu memang tak disangka karuannya, akan tetapi primair pada saat itu tak lain daripada usaha nyata tegas untuk mengurangi kesulitan di dalam negeri sendiri, karena kegagalan kita dalam hal ini suatu tempo pasti akan mengakibatkan terikatnya Indonesia pada suatu pihak dan politik bebas itu hanya omong kosong saja.
Dalam hal ini perlu ditunjuk disini pokok bahaya yang mengancam politik bebas itu ialah keanehan pertentangan dalam keadaan pada dewasa ini. Pernah dikemukakan disini yang pegang kuasa yang rieel adalah Sukiman padahal umumnya yang mengacaukannya adalah anasir-anasir yang ada kesesuaian jiwa serta tujuannya dengan Sukiman, cs.
Dan kedua sikap PNI yang semula mengharap dengan kerjasama dengan Sukiman kekacauan akan dapat dikurangi padahal biarpun pada PNI dan rakyat umunya ternyata bahwa harapan itu tak tercapai sebaliknya keadaan jika tidak tambah kacau kiranya tetap adalah rusuh namun PNI masih tetap memelihara hubungan dengan Sukiman dengan pernyataan sikapnya yang tegas tetap pula ditunda tunda sampai ratifikasi perjanjian Frisco oleh Parlemen.
Maka menurut hemat kami sendiri selama dua keanehan pertentangan ini lebih dulu tak dapat diatasi itulah stabilisasi keadaan tinggal harapan dan selama itu pulalah politik bebas kita terombang ambing dalam bahaya.
Friday, December 21, 2007
KEGELISAHAN SEKITAR POLITIK BEBAS
Posted by ucupneptune at 9:20 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment