Business Accounting
An online business accounting resource that's FREE! Learn accounting principles, business investments, debits and credits, financial ratios, improving profits, breakeven point, and more. Accountingcoach.com will help you become financially literate. Online Accounting Course
The best online accounting course, and it's FREE! Learn accounting principles, debits and credits, financial ratios, breakeven point, improving profits, and more. Accountingcoach.com's online accounting course will help you become financially literate.
Google
Harstone Pottery is handmade in Ohio! It takes 8 days to make a piece. Start your collection today! Perfect for gifts!

eranon

TRY THIS ! ! !






Tuesday, November 20, 2007

TEKNIK MEMOTRET DASAR II

A. METERING (PENGUKURAN CAHAYA)

Pada materi sebelumnya telah dibahas mengenai eksposure (pencahayaan). Agar kita dapat mengetahui mengetahui berapa nilai diafragma dan kecepatan rana yang diperlukan sehingga memperoleh pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh film agar tercahayai normal (cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang dibutuhkan objek, tidak kelebihan cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya (under exposed)), digunakan bantuan alat yaitu light meter (pengukur cahaya). Ada beberapa model pengukur cahaya yang bisa digunakan, yaitu:
1) Pengukur cahaya kamera (Built in Light meter)
2) Pengukur cahaya genggam (Hand held Light meter)
3) Pengukur cahaya spot genggam (Spot meter)
Selanjutnya yang akan dibahas lebih lanjut ialah pengukur cahaya kamera karena jenis light meter inilah yang umum digunakan di Ecolens. Fungsinya ialah untuk mengukur kecerahan cahaya yang ditangkap pandangan kamera.
Metode pengukuran yang digunakan oleh pengukur cahaya kamera ialah pengukuran cahaya pantul (reflected light meter), yaitu mengetahui kecerahan subjek dengan mengukur kekuatan cahaya yang dipantulkannya. Prinsip kerjanya ialah light meter akan mengukur seluruh kecerahan yang tampak dalam pandangan kamera lalu dihitung rata-rata untuk mendapat nilai pencahayaan akhir. Pencahayaan akhir sangat dipengaruhi oleh kondisi kecerahan yang ditangkap oleh pandangan kamera.
Jika kamera berhadapan dengan kecerahan yang tidak merata (misalnya setengah bagian berada pada daerah bayangan, sedangkan bagian lain terkena terik matahari), maka light meter akan terpengaruh oleh proporsi kecerahan pada saat itu. Manakah proporsi kecerahan yang lebih besar (apakah daerah terang atau daerah bayangan), maka itulah yang akan paling banyak diukur. Contohnya, saat kita memotret seseorang dibawah bayangan pohon sementara background tekena teriknya sinar matahari, jika kita mengukur pada daerah bayangan, maka daerah bayangan akan norm exposed dan background akan over exposed, sebaliknya, jika kita mengukur pada background, maka background akan normal sedangkan area bayangan pohon akan under. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati saat melakukan pengukuran sehingga bisa mendapat hasil sesuai yang diinginkan.
Ada beberapa pola pengukuran kecerahan cahaya yang biasanya digunakan pada light meter kamera, yaitu:
1) Centre Weighted Average Metering (Pengukuran integral (rata-rata))
Yaitu light meter mengukur secara rata-rata semua kecerahan yang ditangkap pandangan kamera.













2) Matrix segment/Multi Segment Evaluate Metering (Pengukuran multi segmen)
Yaitu dengan membagi bidang pandangan kamera menjadi beberapa segmen (5, 8 atau lebih), lalu data pengukuran cahaya dari masing-masing segmen dipadukan dan dianalisa oleh prosesor kamera menjadi pencahayaan tunggal








3) Selective Partial Metering (Pengukuran Selektif)
Yaitu light meter mengukur kecerahan pada area tertentu ditengah ruang pandang kamera








4) Spot Metering (Pengukuran Titik)
Light Meter membaca kecerahan cahaya seluas 2%-5% ditengah ruang pandang kamera.






· Exposure Value (EV) atau nilai pencahayaan menerangkan nilai suatu keadaan pencahayaan dalam bidang fotografi. Satu nilai EV merupakan kombinasi dari bukaan diafragma dan kecepatan rana. Prinsipnya, satu kombinasi nilai EV tertentu menghasilkan pencahayaan yang sama pada film. Misal pencahayaan 1/250; f/3,5 sama dengan 1/125;f/5,6
· Kesalahan pengukuran:
Pada pengukuran cahaya rata-rata, setiap kali kita membidik objek dan melakukan pengukuran kecerahayan cahaya atas objek, light meter kamera akan membaca tidak hanya kecerahan objek, namun juga lingkungan di sekitarnya. Kecerahan cahaya yang ditangkap kamera merupakan kecerahan gabungan antara objek dan lingkungan sekitar. Jika ada perbedaan kecerahan semisal obyek berada pada daerah bayangan sedangkan lingkungan dominan terang, maka area terang dominan tersebut akan mempengaruhi kecerahan secara keseluruhan. Akibatnya, lingkungan menjadi normal sedangkan objek menjadi gelap. Begitu pula sebaliknya
Cara mengurangi kesalahan pengukuran :
Q Close Reading atau pembacaan dekat, yaitu dengan cara mengukur objek atau objek dengan cara mendekati objek, sehingga kecerahan lingkungan tidak ikut terukur
Q Pengukuran terhadap objek jarak jauh :
o Menggunakan bantuan grey card. Grey card adalah test card dari kodak yang berwarna abu-abu 18% dan berfungsi sebagai sarana untuk menguji ketepatan reproduksi warna serta dapat digunakan sebagai panduan pencahayaan film.
Cara : bawa grey card ke lokasi, lalu letakkan grey card hingga menerima kecerahan cahaya yang sama dengan obyek lalu gunakan light meter kamera untuk mengukur kecerahan pada grey card, hasil pembacaan terhadap grey card merupakan nilai kecerahan dari obyek tersebut.
o Pembacaan pengganti (substitute reading), yaitu menggunakan sarana pembacaan kecerahan sebagai pengganti obyek asli yang letaknya jauh, biasanya menggunakan telapak tangan. Yang perlu diperhatikan adalah telapak tangan harus memiliki kecerahan cahaya yang sama dengan objek sehingga memperoleh pengukuran yang akurat.







































RUANG TAJAM

Pernahkah teman-teman memperhatikan sebuah foto secara seksama? Jika iya, maka kalian akan sering mendapati bahwa disebuah foto tertentu, ada area atau bagian gambar yang tampak jelas dan area yaang tampak buram. Efek ini (beberapa bagian jelas sedangkan yang lain buram) disebut ruang tajam atau depth of field. Ruang tajam atau depth of field adalah area ketajaman objek foto mulai dari latar depan (foreground) hingga latar belakang (background).
Sebuah foto yang seluruh bagian gambarnya terlihat jelas tajam berarti memiliki ruang tajam yang luas. Sedangkan jika pada sebuah foto terdapat beberapa bagian yang buram, sementara hanya objek atau area tertentu saja yang terlihat jelas (tajam) maka foto tersebut memiliki ruang tajam sempit.
· Dampak penggunaan ruang tajam:
Q Memisahkan objek dari background
Jika menggunakan ruang tajam sempit, maka latar belakang (background) akan terlihat buram atau tidak tajam sehingga objek utama tampil tanpa terpengaruh oleh penampilan background.
Q Menampilkan overview atau pandangan yang lebih lengkap
Dengan ruang tajam luas, maka detail dan pandangan akan tampil lebih lengkap. Bukan hanya objek utama saja yang terlihat jelas, background juga akan tampak tajam.
· Untuk mengatur ruang tajam, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Bukaan Diafragma
Bukaan diafragma berbanding terbalik dengan ruang tajamnya. Semakin besar f/angka (semakin kecil bukaan diafragma), semakin luas ruang tajamnya. Sebaliknya, semakin kecil f/angka (semakin besar bukaan diafragma) semakin sempit ruang tajamnya. Misalnya, bukaan diafragma f/11 memiliki ruang tajam lebih luas jika dibandingkan dengan f/4.








2) Panjang fokal lensa
Panjang fokal lensa menentukan luas sempitnya ruang tajam. Semakin panjang lensanya (panjang fokal), makin sempit ruang tajamnya, dan sebaliknya semakin pendek panjang fokal lensanya, semakin luas ruang tajamnya. Dengan menggunakan lensa tele, kita akan mendapatkan ruang tajam atau jangkauan ketajaman gambar yang terbatas (sempit), area yang jauh dari bidang fokus akan tampil buram, sedangkan objek utama tampil tajam. Sebaliknya, jika kita menggunakan lensa sudut lebar, maka kita akan mendapatkan ruang tajam yang lebih luas dan banyak detail foto yang terekam jelas. Misalnya, lensa normal 50mm memiliki ruang tajam yang lebih luas dibandingkan dengan lensa 200mm dengan bukaan diafragma sama-sama f/8
3) Jarak kamera dan objek
Makin jauh jarak objek terhadap kamera, maka makin luas ruang tajamnya. Sebaliknya, semakin dekat objeknya, semakin sempit pula ruang tajamnya. Misalnya memotret menggunakan lensa 50mm dan bukaan f/5,6 dengan jarak objek 5m akan memiliki ruang tajam lebih luas dibandingkan dengan memotret pada jarak ke objek hanya 1m dengan lensa dan bukaan diafragma yang sama.

TIM LITBANG ECOLENS ‘06
FE UNSOED
Purwokerto

1 comment:

siwe said...

mantab...
salam hangat dari klub fotografi LENSA UAD yogyakarta..
SALAM FOTOGRAFI
TETAP BERKARYA
TETAP SEMANGAT