Business Accounting
An online business accounting resource that's FREE! Learn accounting principles, business investments, debits and credits, financial ratios, improving profits, breakeven point, and more. Accountingcoach.com will help you become financially literate. Online Accounting Course
The best online accounting course, and it's FREE! Learn accounting principles, debits and credits, financial ratios, breakeven point, improving profits, and more. Accountingcoach.com's online accounting course will help you become financially literate.
Google
Harstone Pottery is handmade in Ohio! It takes 8 days to make a piece. Start your collection today! Perfect for gifts!

eranon

TRY THIS ! ! !






Tuesday, November 20, 2007

Perjumpaan Dalam Persaudaraan

Keunikan seseorang dalam hidup adalah pada perjumpaan pada setiap mahkluk hidup, dan kekhususannya justru pada sejauh mana nilai persaudaraan itu berlangsung. Persaudaraan dalam artian eksistensialis adalah menerima apa adanya manusia itu secara konkrit. Kelebihan dan kekurangan seseorang itulah bagian dari yang konkrit itu sendiri.Karena perjumpaan itu dibingkai dengan nilai persaudaraan maka hal itu akan berbaur menjadi satu kekonkritan yang dialami manusia yang berjumpa itu. Persaudaraan dalam arti luas disini bukan berarti harus karena adanya hubungan garis keturunan langsung berdasarkan darah atau marga dan sebagainya. Kiranya ini sudah sering diuraikan secara filosofis panjang lebar dalam sejarah manusia, sejak zaman Revolusi Prancis (1789) dengan semboyannya: Liberte, Egalite, Freternite (Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan), hingga pandangan Mahatma Gandhi: “bahwa semua manusia bersaudara.”

Perjumpaan dengan seorang yang bernama Ostina Emanuel Nasution-Pandjaitan bukanlah kebetulan.Kontak pertama dengan Ibu dari empat putera laki-laki ini sekitar di tahun tujuhpuluhlimaan, dimana di jalan Cut Mutiah dilangsungkan kegiatan persekutuan keagamaan. Sebagai Nyonya Rumah, beliau amat ramah kepada seluruh tamu dengan gaun panjang berwarna biru di malam hari itu kita menikmati santap malam, terus terang itu yang saya nikmati. Betul bahwa beliau mengenal secara tidak langsung karena saya anak dari siAnu yang dikenalnya semenjak jaman Perang Kemerdekaan di Sumatera Utara. Tetapi bagi saya itu belumlah perjumpaan melainkan baru pertemuan secara umum karena banyak subyek-subyek lain yang hadir lagipula bukan saya yang menjadi fokus pada saat itu tetapi seorang pengabar injil.Ketika itu saya masih sekolah menengah belum pun kuliah.

Berselang waktu hampir sepuluh tahun, ternyata pada bulan Juli 1985 amatlah terkejut saya sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Filsafat-Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada saat acara khusus yang kami buat untuk menyambut mahasiswa baru jurusan tersebut, ternyata Ibu Ostina adalah salah satu peserta mahasiswa yang baru bersama-sama dengan dua Ibu lainnya, ketiganya adalah dosen dari UNTAG, kami sebut si Tiga Dara.Menjelang seminggu ketiga Ibu menjadi mahasiswa filsafat dan anggota Himpunan kami, maka suatu sore saya mengundang ketiganya ke rumah untuk jamuan minum teh di sore hari. Disinilah kita berbincang-bincang pertama kali mengenai seluk beluk filosofi dan sangat fokus sekali, sehingga terasa betul bukang lagi hanya sebagai pertemuan biasa tapi sudah menjadi perjumpaan! Semenjak hari itu saya diminta untuk menjadi mentor filosofi, yang saya pilih terutama menjadi mentor untuk Ibu Ostina dan Ibu Kartini Rajasa.Tidak lama setelah perjumpaan itu saya menamatkan sarjana filsafat, walaupun sudah tamat dan sibuk didunia penerbitan bersama mochtar lubis hubungan kami tetap berlanjut sebagai mentor, walau tidak lama kemudian setelah Ibu Kartini wafat, saya sudah tidak sepenuhnya menjadi mentor lagi karena toh kedua Ibu sudah mendapatkan kesarjanaannya di bidang filosofi.

Karena Ibu Ostina Panjaitan mempunyai perhatian yang mendalam di dunia perbukuan dan penulisan seperti yang ketika waktu itu saya sedang geluti, maka saya mengusulkan bagaimana kalau kita memulai sebuah lembaga filsafat yang baru sebagai alat untuk mengikat kesamaan visi dan misi teman-teman pencinta filosofi. Ketika itu saya mengusulkan untuk membentuk lembaga berupa yayasan jadi bukan lembaga profit semacam yang dipimpin Mochtar Lubis dengan Yayasan Obor Indonesia nya.Waktu itu kita mempertimbangkan untuk mencari nama bagi yayasan yang akan dibentuk: ide nama akhirnya datang dari ibu Ostina yaitu Yayasan Sumber Agung, yang memang sekaligus untuk mengenang kembali harian Soember yang pernah terbit pada tahun 1947 hingga 1956 bersama-sama Mochtar Lubis juga dengan korannya Indonesia Raya. Kami berlima yaitu Ibu Ostina, Bp Lorens Bagus, Ibu Albertina Baramuli, Ibu Ani Soekowati, dan Ashoka Siahaan, sebagai pendiri setuju menggunakan nama itu dan resmilah pada tahun 1992 Yayasan Sumber Agung berdiri, dan saya ditunjul sebagai ex-officio sebagai direktur eksekutif nya yang menjalankan dan memikirkan strategi networking baik dengan lembaga kedutaan asing maupun lembaga ilmu di dalam negeri dan internasional antara lain dengan FISP (federation internasionale des societes de philosophy). Dengan terbukanya jaringan tersebut maka terbukalah dunia filosofi dunia sehingga berbagai undangan kongres dunia filsafat berdatangan baik itu di Moscow, Warsawa, Paris, Amerika, Jepang, sampai ke Turky pun banyak kolega dari Yayasan kita ini.Suasana ini berjalan hingga sepuluh tahunan, sehingga kita sudah mampu menerbitkan hambir duapuluhan buku dan berbagai pertemuan informal, Bisa dimengerti pada masa orde baru tidaklah mungkin kita sebebas sekarang untuk mengungkapkan sesuatu, tetapi walaupun demikian kita masih bisa menerbitkan buku-buku yang terhitung bermutu.

Ada tiga penyebab yang membuat Yayasan akhirnya mengalami kelesuan menjelang tahun 1996; pertama krisis monoter sehingga situasi politik mulai bergolak; kedua, dua anggota pendiri Yayasan yang meninggal dunia, Bapak Lorens Bagus, dan Ibu Ani Soekowati; ketiga, suasana awal pergolakan politik reformasi banyak menyita waktu ke politik praktis. Akhirnya disela-sela waktu yang tersisa hanya Ibu Ostina dan saya yang masih dengan rutin bisa tetap bersinergi untuk berkumpul kembali dalam bentuk diskusi rutin di Cut Mutiah ataupun open-house selasaan di Setia Budi. Yayasan kembali menjadi kelompok diskusi saja bersama teman-teman muda yang baru tamat filsafat maupun penulis-penulis lama.Dan beberapa buku yang dihasilkan dari tulisan Ibu Ostina baik itu berupa tulisan dalam ceramah-ceramah di UNTAG maupun karya tesis filosofisnya yang diterbitkan dengan judul Problema Manusia dan saya sebagai editornya, menyusul dari bukunya yang pertama Manusia Sebagai Eksistensi yang semula merupakan skripsi untuk sarjana filsafatnya.

1 comment:

Anonymous said...

My name is Carolyn Copeland. I am a private investigator working in cooperation with the state of California to locate Ostina E Nasution Panjaitan and/or Harlal T Pandjaitan who at one time had a mailing address of 3205 Los Feliz Blvd in Los Angeles, California. It is very important that I get in touch with him/her. If you could please pass my email address and phone number onto them, I would appreciate it very much.

EMAIL: ccopeland@vvm.com
PHONE: in US 254-780-1222 If someone could call my office who lives in the US, they can use my 800#, 800-364-1102 (toll free). You can not call on the 800# from another country. Thank you.

Sincerely,

Carolyn Copeland